5 Langkah Membuat Keputusan Investasi ala Investor Profesional

Ilmu investasi adalah ilmu tentang kehidupan. Sebab, kehidupan kita tidak terlepas dari yang namanya investasi. Ketika seorang siswa atau mahasiswa menempuh pendidikan, itu juga disebut sebagai investasi. Ketika seorang petani membeli sepetak sawah, itu juga disebut investasi. Semua orang pernah melakukan investasi dalam hidupnya, hanya saja mungkin beberapa diantara mereka tidak menyadarinya. Maka, penting bagi kita untuk belajar tentang ilmu investasi tersebut dan segala yang berkaitan dengannya.

5 Langkah Membuat Keputusan Investasi ala Investor Profesional


Secara umum arti investasi adalah komitmen sejumlah dana atau sumberdaya lain saat ini dengan harapan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Investasi tersebut dapat dilakukan pada banyak hal mulai dari aset riil seperti: tanah, emas, mesin, dan bangunan, atau bisa juga pada aset finansial, seperti: deposito, obligasi dan saham. Ada juga investasi yang lebih menguntungkan dan tentu saja juga lebih berisiko, yaitu: warrants, option, futures, dan juga ekuitas internasional.

Pihak-pihak yang melakukan kegiatan investasi ini dikenal dengan investor, yang kemudian digolongkan menjadi dua yaitu: investor individual (retail investor) dan investor institusional (institutional investor). Investor individual ini berarti satu orang, ia berinvestasi sendiri, mengelolanya sendiri dan mendapatkan keuntungan untuk dirinya sendiri. Sementara, investor institusional, berbentuk kelompok, organisasi, atau lembaga, seperti: perusahaan asuransi, Bank, Lembaga dana pensiun, perusahaan investasi dan banyak lagi.

Kenapa saya harus belajar investasi?. Secara umum seseorang melakukan investasi untuk menghasilkan sejumlah uang lebih atau uang tambahan. Dengan mendapatkan uang tambahan tersebut, maka pendapatan investor juga akan semakin meningkat dari biasanya. Itu berarti, investor memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan apa yang ia cita-citakan. Itulah tujuan umum berinvestasi. Lalu, sesederhana itukah investasi?.

Bagi investor, investasi tidak hanya untuk sekedar mendapatkan sejumlah uang, tetapi ada manfaat lain yang mereka dapatkan. Salah satunya adalah mengurangi risiko inflasi. Inflasi yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu berdampak pada nilai uang yang kita miliki sekarang.

Sebagai contoh, dahulu pada tahun 2000-an dengan uang Rp 1.000 kita bisa membeli semangkuk lontong di sekolah, tetapi sekarang apakah dengan uang segitu kita masih bisa mendapatkan semangkuk lontong?. Bahkan untuk mendapatkan segelas teh panas saja sudah tidak cukup. Nah, itu terjadi karena disebabkan peningkatan inflasi tadi. Inilah alasan pertama kenapa investor berinvestasi.

Alasan kedua investor berinvestasi adalah karena dorongan untuk menghemat pajak. Dengan melakukan investasi maka secara tidak langsung investor tersebut telah berusaha untuk mengurangi beban pajak yang harus mereka tanggung. Disadari atau tidak disadari, beban pajak yang harus kita tanggung semakin lama akan semakin meningkat. Ini terjadi karena banyaknya faktor terutama faktor ekonomi.

Beberapa negara di dunia bahkan banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.

Dan, alasan utama kenapa kita melakukan investasi adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa depan. Dengan menginvestasikan sejumlah dana, di kemudian hari nanti kita berharap akan mendapatkan keuntungan yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup kita dari segi ekonomi. Dengan demikian taraf hidup pun ikut serta meningkat. Setidaknya mempertahankan tingkat pendapatan yang ada sekarang agar tidak  berkurang di masa yang akan datang.

Sebelum masuk ke pembahasan lebih lanjut, kita perlu mengenal terlebih dahulu dasar-dasar keputusan investasi. Seorang investor terlebih dahulu harus mengetahui beberapa konsep dasar investasi yang nantinya akan menjadi dasar dalam tahap pembuatan keputusan investasi. Dasar-dasar keputusan tersebut adalah return dan risiko serta keterkaitan antara kedua faktor ini.

Hubungan antara return dan risiko tersebut secara matematisnya adalah searaah dan linier. Artinya, semakin tinggi return maka risiko yang harus ditanggung juga akan semakin besar. Sederhananya, apabila return-nya 80%, maka risiko-nya juga 80%. Oleh karena itu, seorang investor juga perlu memperhatikan tingkat risiko yang harus mereka tanggung.

hubungan return dan risiko
Return merupakan alasan utama kenapa investor melakukan investasi. Sudah sewajarnya, jika investor mengharapkan return atas dana yang telah mereka investasikan. Sebab, return yang diharapkan investor tersebut adalah sebagai kompensasi atas biaya kesempatan dan risiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh inflasi.

Namun, ketika investor menginvestasikan dana, mereka akan mensyaratkan tingkat return tertentu, bila jangka waktu investasi yang ditentukan telah berlalu, investor akan dihadapkan pada kenyataan dimana tingkat return yang mereka harapkan mungkin saja tidak sama dengan return yang sesungguhnya mereka terima. Maka investor juga perlu membedakan antara ‘expected return’ (return yang diharapkan) dengan ‘realized return’ (return yang terjadi).

Selain mengharapkan return yang tinggi, investor juga perlu memperhatikan risiko yang harus mereka tanggung. Risiko dalam konteks investasi bisa diartikan sebagai kemungkinan return aktual yang berbeda dengan return yang diharapkan.  Sikap investor terhadap risiko akan sangat tergantung kepada preferensi investor tersebut terhadap risiko.

Investor yang lebih berani akan memilih risiko yang lebih tinggi, yang diikuti dengan harapan tingkat return yang tinggi pula. Begitupula sebaliknya, bagi investor yang tidak mau mengambil risiko yang terlalu tinggi, tentu saja mereka tidak bisa mengharapkan return yang terlalu tinggi. Karena hukumnya, semakin tinggi return, maka semakin tinggi pula risiko.

Lalu, apa saja proses yang dilakukan oleh investor dalam membuat keputusan investasi, seperti yang dibicarakan tadi?.

Ketika investor hendak membuat keputusan investasi, secara umum ada liha tahap yang akan mereka lalui. Kelima tahap ini merupakan proses yang berkesinambungan, artinya terus-menerus dilakukan ketika mereka akan membuat keputusan. Proses tersebut dimulai dari, penentuan tujuan keputusan investasi, penentuan kebijakan investasi, pemilihan strategi portofolio, pemilihan aset, serta pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio.

Proses pertama yang dilalui oleh investor adalah penentuan tujuan investasi. Setiap investor memiliki tujuan yang berbeda-beda tergantung pada investor itu sendiri. Misalnya, Bank memiliki tujuan untuk memperoleh return yang lebih tinggi dari biaya investasi yang mereka keluarkan. Oleh karena itu mereka cenderung memilih investasi pada sekuritas yang mudah diperdagangkan atau pada penyaluran kredit yang lebih berisiko dengan return yang sebanding.

Berbeda halnya dengan, lembaga dana pensiun yang memiliki tujuan memperoleh dana untuk membayar dana pensiun nasabahnya di masa depan. Maka dari itu, mereka cenderung memilih investasi pada portofolio reksadana.

Setelah investor menetapkan tujuannya, langkah selanjutnya, investor akan menentukan kebijakan investasi. Kebijakan yang ditetapkan oleh investor sehubungan dengan tujuan yang telah mereka tetapkan sebelumnya. Dimulai dari penentuan keputusan alokasi aset yang menyangkut pendistribusian dana yang dimiliki pada berbagai klas-klas aset yang tersedia, seperti: saham, obligasi, real estat, atau sekuritas luar negeri.

Dalam menentukan kebijakan ini, investor perlu memperhatikan batasan-batasan yang ada. Yaitu batasan yang dapat mempengaruhi kebijakan investasi seperti jumlah dana yang mereka miliki, porsi pendistribusian, serta beban pajak dan pelaporan yang harus ditanggung.

Setelah menentukan kebijakan, proses selanjutnya adalah pemilihan strategi portofolio. Terdapat dua strategi portofolio yang bisa mereka pilih, yaitu: strategi portofolio aktif, dan strategi portofolio pasif. Strategi portofolio aktif meliputi kegiatan penggunaan informasi yang tersedia dan teknik-teknik estimasi secara aktif dalam mencari kombinasi portofolio yang lebih baik.

Sementara strategi portofolio pasif merupakan aktivitas investasi pada portofolio yang seiring dengan kinerja indeks pasar. Artinya, portofolio yang dilakukan hanya mengikuti indeks pasar yang ada. Asumsi strategi portofolio pasif ini adalah semua informasi yang tersedia akan diserap pasar dan direfleksikan pada harga saham.

Kemudian, Investor melakukan pemilihan aset sebagai lanjutan dari proses sebelumnya. Investor melakukan pemilihan aset tersebut untuk mendapatkan kombinasi portofolio terbaik dari yang lainnya. Dengan kata lain, investor memilih portofolio yang menawarkan return tertinggi dengan tingkat risiko tertentu atau sebaliknya, portofolio yang menawarkan tingkat risiko terendah dengan return yang sebanding atau lebih tinggi. Oleh karena itu, investor perlu memilih aset-aset yang akan mereka masukan ke dalam portofolio yang telah mereka pilih sebelumnya.

Proses akhir dari seluruh proses keputusan investasi adalah mengukur dan mengevaluasi kinerja portofolio yang telah mereka pilih. Proses akhir disini bukan berarti investor hanya perlu melakukan sekali saja. Bukan, melain investor akan melakukannya kembali ketika mereka membuat keputusan yang baru. Jika investor mendapati kinerja portofolio yang telah mereka pilih sebelumnya ternyata jauh dari ekspektasi, maka mereka akan memulai proses pembuatan keputusan dari awal lagi.

Strategi pengukuran ini biasanya dilakukan melalui proses benchmarking, yaitu dengan mengukur kinerja portofolio dan membandingkan hasil pengukuran tersebut dengan kinerja portofolio lain. Umumnya, proses benchmarking ini dilakukan terhadap indeks portofolio pasar, untuk mengetahui seberapa baik kinerja portofolio yang telah oleh investor dibanding kinerja portofolio pasar.

Posting Komentar

Apa Pendapat Anda?

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال