Pengalaman Perdana Olah Lahan Baru untuk Kelapa Sawit

Bulan Oktober lalu Saya dengan keluarga akhirnya memutuskan untuk membuka lahan yang luasnya kurang lebih 2 hektar. Lahan ini merupakan lahan yang baru di beli oleh ayah saya sekitar 3 tahunan yang lalu. Bisa dikatakan bahwa lahan ini adalah tanah kosong atau non-produktif. Oleh karena itu, daripada dibiarkan begitu saja lebih baik diolah sehingga dapat menambah pemasukan bagi keluarga.

Kebetulan saya adalah seorang fresh graduate yang baru saja mendapatkan gelar sarjana beberapa bulan sebelumnya. Daripada menganggur dan menghabiskan waktu untuk menunggu hal-hal yang tidak pasti, maka saya lebih baik memanfaatkan waktu ini untuk menuntaskan proyek kecil-kecilan ini. Keputusan saya sudah bulat untuk membuka lahan tanaman kelapa sawit baru.

Sebelumnya ayah saya telah pernah membuka lahan sawit seluas 1,7 ha beberapa tahun silam. Meskipun begitu bagi saya ini adalah pengalaman pertama dengan berbekal keberanian dan kemauan dalam belajar serta terus bertanya dan mencari informasi-informasi terkait. Lagipula saat ini mendapatkan informasi adalah hal yang mudah, asal ada kemauan, bukan begitu? Berbekal smartphone dengan kuota internetnya serta akses jaringan internet, maka kita bisa mencari tahu apa yang ingin kita ketahui. Begitupula saya yang sedang berupaya mengolah lahan untuk ditanami tanaman kelapa sawit ini. Jadi, meskipun dikemudian hari menemukan kendala, seharusnya saya bisa mengatasinya.

Nah, bagi kamu yang juga dalam proses menyusun perencanaan untuk olah lahan tanaman kelapa sawit baru, mungkin pengalaman ini sedikit-banyaknya bisa menjadi referensimu. Kita akan membahas sedetail mungkin, termasuk permasalahan atau kendala-kendala yang saya alami serta rincian modal yang dikeluarkan. Jadi, berusahalah untuk tidak melewatkan apapun.

Kelapa Sawit Varietas Unggul


1. Menyusun Perencanaan Olah Lahan Non-Produktif untuk Ditanami Tumbuhan kelapa Sawit

Sehubungan dengan latarbelakang yang telah saya tuliskan pada awal artikel tadi, cukup jelas bahwa perencanaan yang saya susun tidak memiliki dasar yang baik jika kita melihat dari sudut pandang manajemen perencanaan bisnis (atau usaha). Perencanaan ini hanyalah sekadar gambaran-gambaran sederhana yang akan saya lakukan yang saya dapat dari pengalaman orang lain.

Sebelum ini dilanjutkan, sebaiknya saya jelaskan dulu kondisi lahan ini agar kamu lebih mudah dalam mendapatkan gambarannya:
• luas diatas kertas: 1,8 ha
• luas sebenarnya: (+-)2 ha (perkiraan)
• kondisi medan: lereng dan jurang (sepenuhnya), hanya sedikit bagian yang datar
• Keadaan lahan sebelum diolah: layaknya hutan yang banyak ditumbuhi tanaman-tanaman liar yang berukuran sedang

Nah, kira-kira demikian karakteristik lahan tersebut. selanjutnya saya akan memaparkan rincian rencana yang saya susun terutama dari segi dana yang akan dikeluarkan hingga bibit selesai ditanam.

Berdasarkan pengalaman orang yang saya tanyai, dengan berdasar pada kondisi lahan ini, setidaknya biaya yang dikeluarkan untuk upah pekerja mulai dari pembersihan lahan (yaitu penebangan pohon-pohon dan pembakaran) - pembangunan pagar - pembuatan lubang tanaman - hingga proses tanam bibit - adalah kira-kira 25-30 juta.

Sementara untuk tonggak pagar saya menggunakan tonggak kayu, dan ini telah terpenuhi oleh pohon-pohon liar yang tersedia di lahan tersebut. Sehingga saya bisa menghemat biaya yang dikeluarkan. Tetapi jika seandainya kita menghitung biaya untuk kebutuhan tonggak-tonggak kayu ini, berdasarkan info harga yang saya dapatkan adalah Rp. 7.000 per tonggak. Sedangkan jarak yang disyaratkan oleh drum bekas yang saya gunakan untuk pagar adalah (+-) 1 meter. Maka kita dapat menghitung biaya kebutuhan tonggak untuk lahan 2 ha ini, silahkan perhatikan;
• 2 ha = 20.000 m2
• √(20.000 = 141,4.... ( bulatkan ke 142 saja), ini adalah panjang sisinya
• rumus keliling persegi sama sisi adalah 4 × panjang sisi, maka:
  4×142 = 568
Berdasarkan perhitungan diatas kita dapat mengetahui modal yang akan dikeluarkan untuk kebutuhan tonggak ini, yaitu 568 × Rp. 7.000 = Rp. 3.976.000. Nah demikianlah perhitungan sederhananya. Kebutuhan akan tonggak-tonggak pagar ini bisa saja melebihi perhitungan yang kita lakukan, tergantung medan pada lahan itu sendiri. Jika medannya bergelombang-gelombang atau tidak rata, barang pasti kebutuhan tonggak pagar akan lebih banyak.

Oh iya, saya disini menggunakan drum bekas sebagai pagar agar lebih aman. Pasalnya saya juga berkinginan untuk bercocok tanam tanaman muda di lahan itu sembari menunggu tumbuhan nan utama telah menghasilkan buah dan layak dipanen. Drum ini adalah bekas pagar yang dipakai pada lahan sawit sebelumnya yang kemudian saya pindahkan ke lahan yang baru tersebut. Lagi pula lahan sawit yang lama sudah tidak membutuhkan pagar lagi. Hal ini juga menghemat pengeluaran saya akan pagar pada lahan ini. Tetapi jika kita menghitung biaya pembelian drum ini, maka:
• harga per helai drum saat ini: Rp. 70.000 ( berdasarkan pada informasi yang saya dapatkan)
• panjang drum kurang lebih 1m
jadi, dapat kita hitung gambaran biayanya yaitu: 568 × Rp. 70.000 = Rp. 39.760.000
Saat ini, drum bekas sangat sulit untuk didapatkan dan harganya pun sangat mahal. Saran saya, untuk menghemat dana sebaiknya kamu mencari alternatif lain. misalnya dengan menggunakan kawat berlapis-lapis - minimal 8 lapis - agar lebih aman dari binatang liar seperti babi hutan, landak, atau hewan ternak tetangga seperi kerbau, sapi, kambing dan lain sebagainya. Bisa juga dengan pagar perbatang atau per pokok saja - ini khusus bagi yang hanya ingin menanam bibit kelapa sawit saja, tanpa diselingi tanaman lain, seperti palawija atau lainnya - bahkan lebih irit biaya.

Sementara itu, untuk bibit sawit varietas unggul umur 8-12 bulan di jual di penangkaran resmi seharga Rp. 35.000 - 40.000. Untuk mengetahui jumlah bibit dan total dana yang dikeluarkan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
• jarak tanam yang ditetapkan: 9m x 10m = 90m2 (adalah luas untuk masing-masing pokok sawit)
• 20.000m2 : 90m2 = 222,22.... (tetapkan jadi 223, - jumlah bibit)
• Dana yang dibutuhkan: 223 x Rp. 35.000 = Rp. 7.805.000 (belum termasuk ongkos kirim)
• Jika ongkir perpokok Rp. 3.000, maka 223 × Rp. 3.000 = Rp. 669.000
• Maka, total biayanya adalah Rp. 7.805.000 + Rp. 669.000 = Rp. 8.474.000

Sekedar informasi tambahan, untuk tanaman sawit pada lahan datar maksimal padat tebar bibit yang disarankan oleh perusahaan adalah 125 pokok, sedangkan pada lahan yang lereng (dilereng gunung misalnya), maksimal sebarannya dapat lebih banyak yaitu 140 pokok. Keputusan jarak tanam ini juga harus didasarkan pada jenis bibit yang dipilih. Jarak tanam bibit kelapa sawit pelepah panjang tentu saja lebih panjang dari pada pelepah pendek.

2. Proses Pembersihan Lahan

Olah Lahan Baru Untuk Kelapa Sawit


Saya menggunakan jasa suatu kelompok kerja untuk melakukan penebangan pohon-pohon liar. Kelompok ini terdiri dari 6 orang, tetapi rata-rata setiap hari kerja yang datang adalah 5 anggota. Penebangan ini menghabiskan waktu 7 hari, sehingga total tenaga kerja yang terpakai 35 orang. Masing-masing anggota diberi upah sebesar Rp. 80.000 perhari, diluar makanan dan minuman. Jika dihitung maka masing-masing anggota menerima kurang lebih Rp. 90.000 setiap hari kerja.

Sedangkan untuk pohon-pohon yang berukuran besar, saya menggunakan jasa chainsaw. Ini berbeda dari kelompok kerja, jasa ini hanya membutuhkan 1 orang saja dengan upah per hari sebesar Rp. 250.000, diluar makanan dan minuman. Jika dihitung maka upah diperkirakan menjadi Rp. 260.000. Jasa ini menghabiskan waktu 13 hari termasuk untuk pengambilan bekal tonggak-tonggak pagar. Sehingga dana yang saya keluarkan untuk jasa ini adalah Rp. 3.380.000.

3. Pembakaran Lahan

Kebetulan ranting-ranting pohon dan akar-akar lumayan padat dan banyak, jadi saya mencoba untuk membersihkan lahan dengan cara dibakar. Namun disini saya melakukan kesalahan karena saya melakukan pembakaran terlalu cepat dan itupun di saat musim hujan. Pembakaran yang dilakukan menjadi sia-sia. Saya mendapatkan kerugian baik dari segi pengeluaran untuk upah pembakaran dan juga untuk pembakaran selanjutnya yang nantinya akan menjadi semakin sulit. Pasalnya dedaunan sebagai pemancing api telah habis pada proses pembakaran awal. Sehingga pekerjaan untuk menyusun ulang ranting-ranting dan kayu menjadi cukup sulit dan menghabiskan banyak waktu serta biaya.

Upah pembakaran berbeda dengan upah kerja biasanya yaitu sebesar Rp. 150.000 untuk masing-masing anggota. Ini juga belum termasuk makanan dan minuman. jika dihitung dapat menjadi Rp. 160.000 untuk setiap pekerja. Saat itu ada 5 anggota yang bekerja sehingga total pengeluaran untuk pembakaran adalah Rp. 800.000. Dengan biaya yang sebesar itu, hasil bisa dikatakan gagal dan malah menambah pekerjan menjadi semakin banyak dan berat.

Selain itu, pekerja ini merupakan anggota kelompok kerja itu sendiri yang sebetulnya tidak memiliki pengalaman dibidang ini. Disitu juga saya melakukan kesalahan, karena seharusnya saya menggunakan jasa pekerja yang telah terbiasa dan profesional dibidang ini. Sehingga tidak terjadi kegagalan.

4. Pembangunan Pagar Keliling

Sebagian pemilik perkebunan sawit lebih memilih pagar perbatang karena dirasa hal itu dapat menghemat biaya dan pengerjaan juga lebih cepat. Itu sebenarnya juga tidak masalah, jika kamu hanya ingin menanam sawit saja di kebunmu. Sementara disini saya tidak hanya ingin menanam kelapa sawit saja, tetapi juga berkeingjnan untuk menanam tanaman pangan lainnya. Ini saya lakukan demi menambah penghasilan tambahan sembari menunggu sawit terus berkembang dan menghasilkan. Selain itu, saya kira ini juga dapat mengurangi biaya perawatan dan pemupukan. setidaknya hasil dari tanaman muda ini dapat mengkover biaya-biaya tersebut dan juga biaya pemupukan menjelang tanaman sawit tersebut menghasilkan buah.

Tahap ini dimulai dari pengangkutan tonggak-tonggak kemudian di sebarkan ke seluruh perbatasan lahan, penggalian lobang tonggak, pembongkaran dan pengangkutan drum serta pemasangan pagar. Tonggak yang dibutuhkan kurang lebih 700 buah dengan jarak 1 meter. Penggalian lobang beriringan dengan pendirian tonggak-tonggak pagar, adalah salah satu pekerjaan yang paling banyak menghabiskan waktu.

Setelah tonggak-tonggak pagar selesai didirikan dilanjutkan dengan pembongkaran drum pada kebun lain. Jarak antara kedua lahan ini tidak begitu jauh sehingga sebagian pekerja bertugas untuk melakukan pengangkutan, sementara yang lainnya melakukan pembongkaran. Setelah itu drum disebarkan ke seluruh bagian pagar agar memudahkan pemasangan.

Setelah drum terpasang, pada bagian atas pagar ditambahkan pula kawat berduri sebanyak dua lapis agar lebih tahan dan aman. Dibutuhkan sekitar 15 roll kawat berduri untuk pagar tersebut. Oh ya kebetulan drum tidak mencukupi sehingga sisanya ditambahkan wareng yang kemudian diperkokoh dengan lapisan kawat berduri di bagian bawah, tengah dan atasnya 2 lapis. Butuh 1 roll wareng untuk melengkapi pagar yang masih terbuka ini. Harga 1 roll kawat berduri adalah Rp. 185.000, sehingga total pengeluaran untuk kawat berduri Rp. 2.775.000.

5. Pembersihan Lahan dan Pembakaran Ulang

Saya tetap menggunakan tenaga kerja selama 2 hari dengan total tenaga kerja 11 pekerja. Pada waktu itu mereka hanya sanggup menyelesaikan 1/4 ha. Demi menghemat pengeluaran yang sia-sia, maka saya memutuskan untuk menyelesaikan sisanya sendiri. Meskipun akan melelahkan dan menghabiskan lebih banyak waktu, tidak masalah.

Perlu diingat, meskipun kamu berhasil dalam tahap pembakaran pertama, kamu masih perlu menyelesaikan sisa-sia kayu yang tidak terbakar sempurna. Ini harus kamu lakukan jika kamu ingin bercocok tanam tanaman muda seperti yang ingin saya lakukan. Tetapi jika tidak, maka biarkan saja.

6. Pemesanan Bibit Sawit Varietas Unggul

Bibit Kelapa Sawit Varietas Unggul PPKS


Disela-sela pekerjaan, saya meluangkan satu hari untuk pergi ke pusat penangkaran bibit tanaman kelapa sawit. Kebetulan paman saya memiliki kenalan yang memiliki penangkaran, sehingga lebih memudahkan saya dalam mendapatkan bibit tersebut.

Saat itu bibit paling besar yang tersedia adalah berusia 9 bulan dengan harga Rp. 35.000 per batangnya. Saya mengerti bahwa pemilihan bibit merupakan salah satu keputusan yang sangat penting demi keberhasilan proyek ini. Jika melakukan kesalahan dalam pemilihan bibit akan berakhir dengan kegagalan, sehingga semua usaha yang akan saya lakukan menjadi sia-sia. Bahkan bisa menambah pengeluaran lain yang tidak seharusnya terjadi. Tetapi, berdasarkan keterangan pengelola penangkaran, ini adalah varietas unggul yang merupakan produknya PPKS 540. Jadi, seharusnya ini akan baik-baik saja.

Saya memesan sebanyak 200 bibit, ditambah biaya pengiriman dan biaya lain-lain sebesar Rp. 900.000. maka, 200x Rp. 35.000 = Rp. 7.000.000 + Rp. 900.000 = Rp. 7.900.000.

7. Pemancangan

Saya menetapkan model sebaran tanam zig-zag didasarkan pada arah mata angin dengan memanfaatkan kompas digital. Sedangkan Jarak tanam yang ditetapkan adalah 9m×10m, agar tumbuh kembang tanaman menjadi lebih baik. Meski terdengar mudah, tetapi ini juga sangat melelahkan karena medan tanah yang sulit.

Jika kamu menetapkan model sebaran tanam, kamu juga perlu memperhatian jalur pengangkutan buah kelapa sawit nantinya. Serta jalur transportasi dan lokasi pondok, jika kamu ingin membangun pondok di kebunmu.

8. Penggalian Lobang Tanam

Penggalian Manual Lobang Tanam Bibit Kelapa Sawit


Setelah proses pemancangan selesai, tahap selanjutnya adalah penggalian lobang tanam. Maka perlu sekiranya menetapkan ukuran lobangnya. Berdasarkan standar perusahaan ukuran lobang untuk bibit kelapa sawit dibawah 1 tahun adalah 40cm×40cm×40cm. Tetapi semakin besar ukurannya tentu akan semakin baik bagi perkembangan akar-akar tanaman kelapa sawit. Apalagi untuk tanah yang berbatu-batu, sebaiknya ukuran lobang diperbesar lagi.

Sementara disini ukuran lubang yang saya tetapkan beragam tergantung kondisi tanah, yaitu berkisar dari 40cm sampai 60cm. Untuk tanah keras ukuran yang di tetapkan adalah 60cm kubik. Sementara untuk yang lunak cukup 40cm sampai 50cm saja.

9. Olah Lobang Tanam

Sebelum penanaman dilakukan ada beberapa tahap yang saya lakukan. Pertama-tama saya mencoba mengumpulkan ranting-ranting pohon yang tersisa dan diletakkan di dalam lobang tadi yang kemudian dibakar hingga menjadi abu dan arang. Setelah pembakaran pada lobang tersebut kemudian saya membiarkan lobang tersebut selama 1 minggu.

Setelah 1 minggu berlalu, selanjutnya saya menyebarkan dolomit ke dalam lobang secara merata. Dilanjutkan dengan menambahkan sakam yang telah diolah terlebih dahulu. Kebetulan saat ini mendapatkan pupuk kandang cukup sulit, maka bisa diganti dengan sakam. Setelah itu taburkan ke dalam lobang secara merata dan mendatar dengan jumlah yang disesuaikan dengan ukuran lobang. Pastikan ketinggian lobang yang tersisa sesuai dengan kebutuhan untuk bibit yang akan ditempatkan di dalam lobang.

Setelah itu, saya biarkan lobang tersebut selama 1 minggu. Ini dilakukan sebelum bibit siap untuk diletakan di dalam lobang tersebut. Saya kira ini jauh lebih aman daripada langsung melakukan penanaman.

Sembari menunggu, saya menyiapkan pupuk kandang kemudian dicapur dengan tanah di dekat lubang tersebut. Ini digunakan untuk menimbun lobang ketika penanaman dilakukan.

Untuk tanah yang subur saya kira langkah-langkah ini tidak perlu dilakukan. Mungkin Cukup dengan menambahkan urea saja.

10. Penanaman Bibit Kelapa Sawit

Setelah olah lobang tanam tersebut selesai dilakukan, kemudian saya mulai melakukan penanaman. Pertama-tama letakkan bibit di dalam lobang kemudian lepaskan polibet dan keluarkan dari lobang. Pastikan bibit tegak dengan baik di dalam lubang dan permukaan tanah dalam polibet sejajar dengan permukan tanah di dekat lobang. Selanjutnya saya menimbun lobang dengan pupuk kandang yang yang dicampur dengan tanah secara merata.

Setelah itu, taburkan dolomite di sekitar bibit kemudian tutupi dengan tanah di sekitar. Tidak perlu banyak, tapi tersebar secara merata. Pastikan pula tersusun rapi dan padat, sehingga ketika hujan turun tanah dan pupuk di lobang tidak turun.

11. Perawatan dan Pemupukan

Perawatan dan pemupukan adalah rutinitas yang harus dilakukan setelah penanaman bibit selesai dilakukan. Perawatan yang saya maksud yaitu penyiraman dan penyiangan. Penyiraman perlu dilakukan seandainya hujan tidak turun dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan penyiangan disesuaikan dengan keadaan rumput di sekitar tanaman kelapa sawit. Bila rumput dirasa mulai tinggi dan banyak, maka lakukan penyiangan.

Pemupukan juga perlu dilakukan dalam rentang waktu tertentu sesuai dengan yang kita inginkan. Misalnya 6 bulan sekali, 2 kali dalam setahun. Semakin rutin semakin baik tetapi biaya juga akan semakin banyak.

Kedua hal ini membutuhkan biaya yang cukup banyak. Hingga kelapa sawit dapat dipanen,  maka hanya akan ada pengeluaran semata. Karena itu dana cadangan perlu disiapkan untuk perawatan dan pemupukan ini selama kurun waktu tertentu. Bagi bibit kelapa sawit yang berumur tinggi, kemungkinan berbuah juga akan lebih lebih cepat. Sebaliknya jika bibit kecil maka pertumbuhan juga akan semakin lama. Sehingga dana cadangan juga harus lebih besar.

Tetapi saya memanfaatkan kesempatan ini untuk bercocok tanam tanaman muda. Selain proses perawatan lebih terkontrol, jika program ini berhasil maka saya bisa menggunakan hasilnya untuk menutupi biaya operasional lainnya. Saya pun bisa mendapatkan penghasilan tambahan menjelang tumbuhan sawit mampu membiayai kebutuhan mereka sendiri, baik perawatannya maupun pemupukannya.

Investasi dan Rincian Dana yang Dikeluarkan

Ini merupakan laporan modal yang diinvestasikan dan biaya operasional kelapa sawit tersebut hingga selesai di tanam. Saya akan memaparkan rincian biaya-biaya yang telah saya keluarkan secara detail sehingga kamu bisa memahaminya dengan utuh. Terdapat beberapa perbedaan biaya yang sesungguhnya dengan perkiraan biaya yang ada dalam perencanaan yang telah saya susun sebelumnya.

Investasi Awal

Harga Tanah 1,8 ha = 70.000.000
Drum Bekas: @70.000 x 568 = 39.760.000
Kawat Berduri: 16 roll x 190.000 = 3.090.000
Tiang Pagar: 568 x @7.000 = 3.976.000
Bibit Kelapa Sawit: 200 × @40.000 = 8.000.000

Total modal = Rp. 124.826.000

Peralatan dan Perlengkapan:

Chainsaw = 1.350.000
Linggis = 80.000
Cangkul = 50.000
Dodos = 50.000
Parang 2 buah = 100.000

Total Biaya = Rp. 1.630.000

Biaya Operasional

Penebangan: 33 pekerja × Rp. 90.000 = Rp. 2.970.000
Jasa chainsaw: 13 hari × Rp. 250.000 = Rp. 3.250.000
Pengangkutan Tiang Pagar: 16 Pekerja × Rp. 90.000 = Rp. 1.440.000
Penggalian Lobang dan Pendirian Tiang Pagar: 47 pekerja × Rp. 90.000 = Rp. 4.230.000
Pembongkaran dan Pengangkutan Drum: 16 pekerja × Rp. 90.000 = Rp. 1.440.000
Pemasangan Pagar: 43 pekerja × Rp. 90.000 = Rp. 3.870.000
Pembakaran = 750.000
Pembakaran Ulang = 5.000.000
Penggalian Lobang Tanam Bibit = @7.000 × 200 = 1.400.000
Transportasi, konsumsi, dan upah pengelola = 10.000.000

Total Biaya Operasional Olah Lahan = Rp. 34.350.000

Jika dihitung total keseluruhan dana yang diinvestasikan untuk lahan 2 ha ini sama dengan Rp. 160.806.000.

Lebih kurang seperti itu kira-kira proses pengolahan lahan non-produktif untuk ditanami tanaman kelapa sawit baru yang telah saya lakukan. Walau ada kendala-kendala tak terduga yang terjadi tetapi semua bisa saya lewati juga. Ini adalah pengalaman yang berharga dan berguna bagi saya untuk masa yang akan datang. Saya harap ini juga bisa menjadi informasi yang berguna bagi kamu yang hendak mengolah lahan baru untuk ditanami kelapa sawit.

Posting Komentar

Apa Pendapat Anda?

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال