Investasi merupakan tindakan konsumsi yang ditunda/ditangguhkan. Ketika seorang individu membeli surat berharga, misal saham atau obligasi, maka ia dikatakan melakukan investasi, dikarenakan ia tidak menghabiskan semua uangnya untuk membeli barang-barang konsumsi saat ini. Arah atau tujuan penundaan konsumsi ini adalah harapan untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dari nilai penundaan ini.
Misal, dengan uang Rp. 10.juta,- saat ini, seorang individu membeli saham “X” sebanyak 2000 lembar dengan harga Rp. 5000,- per lembarnya. Ia berharap bahwa dengan pembelian saham ini, akan meningkatkan jumlah uangnya pada masa yang akan datang, yaitu dengan adanya kenaikan harga saham tersebut. Katakan 1 bulan kemudian harga saham “X” naik menjadi Rp. 7500,- per lembarnya, maka nilai saham yang ia pegang sebesar Rp. 15.juta,-.
Contoh tersebut menggambarkan ada peningkatan kekayaan dari individu tersebut selama 1 bulan sebesar Rp. 5 juta,- (dari Rp.10 juta,- menjadi Rp. 15 juta,-) atau sebesar 50% dari besarnya dana yang diinvestasikan (Rp. 10 juta,-). Hal ini mengilustrasikan pentingnya konsep time preference for money.
Apabila segala sesuatu diasumsikan konstan, umumnya seorang individu lebih menyukai mengkonsumsi saat sekarang dari pada masa yang akan datang. Oleh karenanya agar seorang individu mau menunda konsumsinya saat sekarang, sebuah investasi yang potensial harus menawarkan tingkat pengembalian yang positif.
Tidak ada suatu investasi yang tidak mengandung risiko. Risiko yang muncul dari setiap jenis investasi terkait dengan ketidak-pastian nilai yang diciptakan investasi tersebut di masa yang akan datang. Oleh karena itu penting bagi seseorang yang akan menginvestasikan dananya melakukan pengelolaan yang baik atas investasi yang akan dijalakannya, melalui apa yang dinamakan proses investasi. Diharapkan dengan melakukan tahapan-tahapan dalam proses investasi tersebut dengan konsisten, investor akan memperoleh hasil yang optimal.
Ketika investor hendak membuat keputusan investasi, secara umum ada lima tahap yang akan mereka lalui. Kelima tahap ini merupakan proses yang berkesinambungan, artinya terus-menerus dilakukan ketika mereka akan membuat keputusan. Proses tersebut dimulai dari, penentuan tujuan keputusan investasi, penentuan kebijakan investasi, pemilihan strategi portofolio, pemilihan aset, serta pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio.
Pada umumnya, proses investasi meliputi lima tahap, yaitu:
Sementara strategi portofolio pasif merupakan aktivitas investasi pada portofolio yang seiring dengan kinerja indeks pasar. Artinya, portofolio yang dilakukan hanya mengikuti indeks pasar yang ada. Asumsi strategi portofolio pasif ini adalah semua informasi yang tersedia akan diserap pasar dan direfleksikan pada harga saham.
Proses pengukuran yang dilakukan melalui proses benchmarking, yaitu dengan mengukur kinerja portofolio dan membandingkan hasil pengukuran tersebut dengan kinerja portofolio lain. Umumnya, proses benchmarking ini dilakukan terhadap indeks portofolio pasar, untuk mengetahui seberapa baik kinerja portofolio yang telah oleh investor dibanding kinerja portofolio pasar.
Misal, dengan uang Rp. 10.juta,- saat ini, seorang individu membeli saham “X” sebanyak 2000 lembar dengan harga Rp. 5000,- per lembarnya. Ia berharap bahwa dengan pembelian saham ini, akan meningkatkan jumlah uangnya pada masa yang akan datang, yaitu dengan adanya kenaikan harga saham tersebut. Katakan 1 bulan kemudian harga saham “X” naik menjadi Rp. 7500,- per lembarnya, maka nilai saham yang ia pegang sebesar Rp. 15.juta,-.
Contoh tersebut menggambarkan ada peningkatan kekayaan dari individu tersebut selama 1 bulan sebesar Rp. 5 juta,- (dari Rp.10 juta,- menjadi Rp. 15 juta,-) atau sebesar 50% dari besarnya dana yang diinvestasikan (Rp. 10 juta,-). Hal ini mengilustrasikan pentingnya konsep time preference for money.
Apabila segala sesuatu diasumsikan konstan, umumnya seorang individu lebih menyukai mengkonsumsi saat sekarang dari pada masa yang akan datang. Oleh karenanya agar seorang individu mau menunda konsumsinya saat sekarang, sebuah investasi yang potensial harus menawarkan tingkat pengembalian yang positif.
Tidak ada suatu investasi yang tidak mengandung risiko. Risiko yang muncul dari setiap jenis investasi terkait dengan ketidak-pastian nilai yang diciptakan investasi tersebut di masa yang akan datang. Oleh karena itu penting bagi seseorang yang akan menginvestasikan dananya melakukan pengelolaan yang baik atas investasi yang akan dijalakannya, melalui apa yang dinamakan proses investasi. Diharapkan dengan melakukan tahapan-tahapan dalam proses investasi tersebut dengan konsisten, investor akan memperoleh hasil yang optimal.
Ketika investor hendak membuat keputusan investasi, secara umum ada lima tahap yang akan mereka lalui. Kelima tahap ini merupakan proses yang berkesinambungan, artinya terus-menerus dilakukan ketika mereka akan membuat keputusan. Proses tersebut dimulai dari, penentuan tujuan keputusan investasi, penentuan kebijakan investasi, pemilihan strategi portofolio, pemilihan aset, serta pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio.
Pada umumnya, proses investasi meliputi lima tahap, yaitu:
1. Menentukan Tujuan Investasi
Proses pertama yang dilalui oleh investor adalah penentuan tujuan investasi. Setiap investor memiliki tujuan yang berbeda-beda tergantung pada investor itu sendiri. Misalnya, Bank memiliki tujuan untuk memperoleh return yang lebih tinggi dari biaya investasi yang mereka keluarkan. Oleh karena itu mereka cenderung memilih investasi pada sekuritas yang mudah diperdagangkan atau pada penyaluran kredit yang lebih berisiko dengan return yang sebanding. Berbeda halnya dengan, lembaga dana pensiun yang memiliki tujuan memperoleh dana untuk membayar dana pensiun nasabahnya di masa depan. Maka dari itu, mereka cenderung memilih investasi pada portofolio reksadana.2. Menetapkan Kebijakan Investasi
Setelah investor menetapkan tujuannya, langkah selanjutnya, investor akan menentukan kebijakan investasi. Kebijakan yang ditetapkan oleh investor sehubungan dengan tujuan yang telah mereka tetapkan sebelumnya. Dimulai dari penentuan keputusan alokasi aset yang menyangkut pendistribusian dana yang dimiliki pada berbagai klas-klas aset yang tersedia, seperti: saham, obligasi, real estat, atau sekuritas luar negeri. Dalam menentukan kebijakan ini, investor perlu memperhatikan batasan-batasan yang ada. Yaitu batasan yang dapat mempengaruhi kebijakan investasi seperti jumlah dana yang mereka miliki, porsi pendistribusian, serta beban pajak dan pelaporan yang harus ditanggung.3. Pemilihan Strategi Portofolio
Setelah menentukan kebijakan, proses selanjutnya adalah pemilihan strategi portofolio. Terdapat dua strategi portofolio yang bisa mereka pilih, yaitu: strategi portofolio aktif, dan strategi portofolio pasif. Strategi portofolio aktif meliputi kegiatan penggunaan informasi yang tersedia dan teknik-teknik estimasi secara aktif dalam mencari kombinasi portofolio yang lebih baik.Sementara strategi portofolio pasif merupakan aktivitas investasi pada portofolio yang seiring dengan kinerja indeks pasar. Artinya, portofolio yang dilakukan hanya mengikuti indeks pasar yang ada. Asumsi strategi portofolio pasif ini adalah semua informasi yang tersedia akan diserap pasar dan direfleksikan pada harga saham.
4. Pemilihan Aset
Kemudian, Investor melakukan pemilihan aset sebagai lanjutan dari proses sebelumnya. Investor melakukan pemilihan aset tersebut untuk mendapatkan kombinasi portofolio terbaik dari yang lainnya. Dengan kata lain, investor memilih portofolio yang menawarkan return tertinggi dengan tingkat risiko tertentu atau sebaliknya, portofolio yang menawarkan tingkat risiko terendah dengan return yang sebanding atau lebih tinggi. Oleh karena itu, investor perlu memilih aset-aset yang akan mereka masukan ke dalam portofolio yang telah mereka pilih sebelumnya.5. Mengukur dan Mengevaluasi Kinerja Portofolio
Proses akhir dari seluruh proses keputusan investasi adalah mengukur dan mengevaluasi kinerja portofolio yang telah mereka pilih. Proses akhir disini bukan berarti investor hanya perlu melakukan sekali saja. Bukan, melain investor akan melakukannya kembali ketika mereka membuat keputusan yang baru. Jika investor mendapati kinerja portofolio yang telah mereka pilih sebelumnya ternyata jauh dari ekspektasi, maka mereka akan memulai proses pembuatan keputusan dari awal lagi.Proses pengukuran yang dilakukan melalui proses benchmarking, yaitu dengan mengukur kinerja portofolio dan membandingkan hasil pengukuran tersebut dengan kinerja portofolio lain. Umumnya, proses benchmarking ini dilakukan terhadap indeks portofolio pasar, untuk mengetahui seberapa baik kinerja portofolio yang telah oleh investor dibanding kinerja portofolio pasar.