Alat Musik Tiup Tradisional Khas Masyarakat Minangkabau

Minangkabau selain berbicara adat dan budaya, juga mempunyai alat musik khas atau alat musik tradisional sendiri. Alat musik khas tersebut jika dibagi menurut cara penggunaanya terdiri dari 3 jenis, yaitu alat musik tiup, alat musik pukul dan alat musik gesek. Alat musik tiup Minangkabau antara lain yaitu saluang, bansi, pupuik batang padi, sarunai, dan pupuik taduak.

Alat Musik Tiup Tradisional Khas Minangkabau

1. Saluang

Saluang terbuat dari seruas bambu. Panjangnya lebih kurang 70 Cm, dengan Diameternya 3 Cm dan memiliki tiga atau empat lubang nada. Saluang biasanya digunakan untuk mengiringi dendang.

2. Bansi

Bansi juga terbuat dari bambu. Ukurannya lebih kecil dari bahan saluang. Panjangnya sekitar 15 Cm, dengan Diameter sekitar 2 Cm dan memiliki 5 sampai 6 lubang nada. Ujung tanpa buku ditutup dengan kayu. Pada penutup itu dibuat celah untuk meniup sehingga menghasilkan bunyi. Nada yang dihasilkan sangat indah, melodis dan lagunya melankolis. Bansi juga dapat digunakan untuk mengiringi dendang dan bisa dimainkan secara instrumentalia.

3. Pupuik Batang Padi

Pupuik batang padi terbuat dari batang padi. Pada bagian dekat buku dibuat lidah. Lidah itu, jika ditiup akan menghasilkan celah, sehingga menimbulkan bunyi. Pada bagian ujungnya dililit dengan daun kelapa yang menyerupai terompet. Nada dihasilkan melalui permainan jari pada lilitan daun kelapa. Ada juga yang membuat lubang nada pada batang padi. Pupuik batang padi, dahulunya digunakan untuk mengiringi dendang. Namun, pupuik batang padi lebih banyak digunakan untuk arak-arakan karena bunyinya yang melengking.

4. Sarunai

Sarunai terbuat dari dua potong bambu yang tidak sama besar. Sepotong yang kecil dapat masuk ke potongan yang lebih besar. Fungsinya adalah sebagai penghasil bunyi. Potongan yang besar sebagai penghasil nada. Alat ini memiliki 4 lubang nada. Bunyinya juga melodius. Akan tetapi, karawitan ini sudah jarang digunakan . selain karena membuatnya agak sulit, nadanya juga tidak banyak terpakai.

5. Pupuik Tanduak

Pupuik tanduak terbuat dari tanduk kerbau. Tanduk kerbau dibersihkan. Bagian ujungnya dipotong rata dan berfungis sebagai tempat meniup. Bentuknya mengkilat dan hitam bersih. Fungsinya lebih banyak sebagai alat komunikasi. Tidak berfungsi sebagai alat pengiring nyanyi atau tari. Dahulu digunakan untuk aba-aba kepada masyarakat. Misalnya aba-aba waktu, seperti shalat subuh dan magrib. Selain itu, pupuik tanduak juga digunakan untuk memberitahukan kepada masyarakat bahwa ada pengumuman dari pemuka kampung.

Saluang dan bansi termasuk alat musik yang banyak digunakan. Sampai sekarang, masih berkumandang di kampung-kampung. Bahkan di radio-radio swasta RRI regional juga masih dikumandangkan. Hal ini menunjukkan bahwa saluang dan basi merupakan alat musik khas yang sampai sekarang masih menjadi alat musik favorit masyarakat.


Sumber Referensi:


Amran, Rusli. 1981. Sumatera Barat Hingga Plakat Panjang. Jakarta: Sinar Harapan.
Junus, Umar. 1984. Kaba dan Sistem Sosial Minangkabau, Suatu Problema Sosiologi Sastra. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Mahmud, St. dkk 1978. Himpunan Tambo Minangkabau dan Bukti Sejarah. Limo Kaum: Tanpa Penerbit.
Navis, A.A 1986. Alam Terkembang Jadi Guru, Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta: Pt Pustaka Garafitipers.
Penghulu, M. Rasyid Manggis Dt. Rajo. 1982. Sejarah Ringkas Minangkabau dan Adatnya. Jakarta Mutiara.
Thaib, Darwis, glr. Dt. Sidi Bandoro. 1965. Seluk Beluk Adat Minangkabau. Bukittinggi: NV Nusantara.
Zulkarnaini. 1994. Modul Mata Pelajaran Muatan Lokal SLTP Terbuka. Jakarta: Depdikbud, Proyek Peningkatan Mutu dan Pelaksanaan Wajib Belajar SLTP.
Ramayulis, dkk. Buku Mata Pelajaran Muatan Lokal tentang Sejarah Kebudayaan Minangkabau pada SD, SLTP, SLTA di Sumatera Barat. Padang: Tanpa Tahun, Tanpa Penerbit.
Penghulu, H. Idrus Hakimy Dt. Rajo. 1984. Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak di Minangkabau. Bandung: Remaja Karya CV.
Syarifuddin, Amir. 1984. Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam Lingkungan Adat Minangkabau. Jakarta: Gunung Agung.
Tuah, H.Datoek, tt. Tambo Alam Minangkabau. Bukittinggi: Pustaka Indonesia.



Image: indonesiakayabudaya.wordpress.com


Posting Komentar

Apa Pendapat Anda?

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال