Sekuritas adalah sebuah dokumen yang mengidentifikasi hak atau klaim atas asset dan setiap aliran kas mendatang yang diperoleh perusahaan. Sedang portofolio merupakan sekumpulan dari sekuritas. Istilah sekuritas mempunyai pengertian yang luas. Tidak saja terbatas pada saham atau obligasi saja, surat pembelian mobil atau sertifikat tanah bisa masuk dalam pengertian sekuritas.
Analisis fundamental adalah suatu analisis sekuritas yang mendasarkan diri pada variabel-variabel fundamental perusahaan (seperti: penjualan, kebijakan dividen, leverage, jumlah keuntungan, dan lain sebagainya) yang mempengaruhi harga dari sekuritas tersebut.
Secara garis besar, tahapan yang dilakukan dalam analisis fundamental dimulai dari:
Siegel (1991) mengungkapkan adanya hubungan yang kuat antara harga saham (price) dan kinerja ekonomi makro, dan perubahan pada harga saham selalu terjadi sebelum terjadinya perubahan ekonomi. Artinya, pasar modal menanggapi kemungkinan (isu) yang beredar tentang perubahan ekonomi yang akan terjadi meskipun hal itu belum benar-benar terjadi. Hal ini berbanding terbalik dengan obligasi dan deposito yang bergerak setelah perubahan tingkat suku bunga baru ditetapkan, dan itupun melalui serangkaian proses yang cukup panjang hingga perubahan itu terealisasikan secara merata.
Mengelompokkan suatu industri, realitanya tidaklah sesederhana yang dibayangkan. Investor perlu menyadari bahwa banyak perusahaan yang bergerak dalam lini bisnis yang berbeda. Untuk mensiasati permasalah tersebut, diperlukan metode yang bisa digunakan untuk mengklasifikasikan industri ke dalam berbagai devisi, yang dikenal dengan sistem Standard Industrial Classification (SIC). Di Indonesia sendiri, standar pengelompokan industri ini dikenal dengan Jakarta Stock Exchange Sectoral Industry Classification (JASICA). Klasifikasi JASICA tersebut terdiri dari 9 divisi, yang kemudian dibagi lagi menjadi kelompok industri utama dan diberi kode 2 digit.
Investor melakukan analisis ini untuk mendapatkan informasi tentang peluang keuntungan yang bisa didapatkan dari beberapa perusahaan dalam suatu industri yang telah mereka pilih setelah melakukan analisis industri pada tahap sebelumnya. Bisa juga, investor melakukan analisis ini untuk melihat saham mana yang memiliki harga pasar yang lebih rendah sehingga dapat menyesuaikan dengan budget yang ada.
Analisis ini juga bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang nilai intrinsik saham pada satu atau beberapa perusahaan. Dengan mengetahui nilai intrinsik dan harga jual suatu saham, investor bisa mendapatkan menilai keuntungan dan kerugian ketika mereka menjual saham tersebut.
Analisis perusahaan sangat berguna untuk melihat gambaran tentang nilai suatu perusahaan, karakteristik internal, kualitas perusahaan, kinerja manajemen, bahkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Setelah investor mendapatkan informasi tentang nilai intrinsik dan nilai pasar saham perusahaan tersebut, selanjutnya mereka akan membandingkan selisih nilai jualnya.
Apabila nilai pasar saham itu lebih rendah dari nilai intrinsiknya, berarti saham itu “undervalued” , artinya saham tersebut dapat ditambahkan ke dalam daftar saham yang layak untuk “dibeli”. Sementara, jika nilai pasar saham tersebut lebih tinggi dari nilai intrinsiknya, berarti saham itu “overvalued”, artinya saham tersebut layak untuk “dijual”.
Alat utama dalam analisis tehnikal adalah grafik (chart). Oleh karenanya sering analisis tehnikal ini disebut chartis. Ada tiga jenis grafik yang digunakan dalam analisis ini, yaitu: line chart, bar chart, dan point and figure chart. Dalam line chart, hanya perlu harga penutupan (clossing price) saja untuk digambarkan dalam grafik tersebut. Sedang penggambaran dalam bar chart, diperlukan data harga penutupan, harga tertinggi, dan terendah.
Sementara itu, dalam point and figure chart (PFC) hanya perubahan harga yang signifikan saja yang dicatat pada PFC. Untuk sekuritas dengan harga tinggi (dengan harga diatas, katakan Rp. 15.000,-) hanya perubahan harga 3 atau 5 poin dicatat. Sedang untuk sekuritas dengan harga rendah hanya perubahan setengah atau satu poin saja yang dicatat.
Tidak seperti pada line dan bar chart dimana garis vertikal menggambarkan harga sekuritas dan garis horizontal menggambarkan waktu (menggambarkan dua dimensi), pada PFC bagan satu dimensi digambar dalam grafik dua dimensi. Jadi pergerakan harga diukur secara vertikal.
Dengan bagan sebagai alat analisis tehnikal, maka tujuan utama analisis tehnikal adalah menentukan kapan akan membeli (masuk pasar) dan kapan akan menjual (keluar dari pasar) sekuritas, yaitu dengan memanfaatkan pola dari bagan tersebut.
Analisis Sekuritas
Analisis sekuritas melibatkan proses estimasi aliran kas mendatang serta risiko yang dihubungkan dengan prospek aliran kas tersebut. Tugas analis umumnya juga melibatkan, apakah secara eksplisit atau implisit, estimasi harga sekuritas. Dalam analisis sekuritas, ada dua pendekatan yang populer digunakan investor, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.Analisis Fundamental.
Analisis fundamental adalah suatu analisis sekuritas yang mendasarkan diri pada variabel-variabel fundamental perusahaan (seperti: penjualan, kebijakan dividen, leverage, jumlah keuntungan, dan lain sebagainya) yang mempengaruhi harga dari sekuritas tersebut.
Secara garis besar, tahapan yang dilakukan dalam analisis fundamental dimulai dari:
1. Analisis Ekonomi (Pasar Modal)
Kondisi ekonomi dipercaya sangat mempengaruhi harga skuritas yang diperdagangkan di pasar modal. Oleh karenanya, kinerja ekonomi (produk domestik bruto, tingkat inflasi, tingkat pengangguran) harus dianalisis dan diketahui perkembangannya. Begitu pula kebijakan makroekonomi ( fiskal, dan moneter) juga harus dicermati.Siegel (1991) mengungkapkan adanya hubungan yang kuat antara harga saham (price) dan kinerja ekonomi makro, dan perubahan pada harga saham selalu terjadi sebelum terjadinya perubahan ekonomi. Artinya, pasar modal menanggapi kemungkinan (isu) yang beredar tentang perubahan ekonomi yang akan terjadi meskipun hal itu belum benar-benar terjadi. Hal ini berbanding terbalik dengan obligasi dan deposito yang bergerak setelah perubahan tingkat suku bunga baru ditetapkan, dan itupun melalui serangkaian proses yang cukup panjang hingga perubahan itu terealisasikan secara merata.
2. Analisis Industri
Dalam tahap ini investor melakukan pembandingan kinerja dari berbagai industri, untuk mengetahui jenis industri apa saja yang memberikan prospek yang paling baik untuk dimasuki, dan nantinya berguna untuk menganalisis dan menentukan saham-saham apa saja yang akan dimasukkan dalam portofolio yang akan dibentuknya. Penilaian kinerja dari suatu industri dapat dilakukan dengan analisis siklus kehidupan suatu industri, yaitu melihat pada tahap apa masing-masing industri berada, apakah pada tahap perkenalan, pertumbuhan, kedewasaan, atau penurunan?Mengelompokkan suatu industri, realitanya tidaklah sesederhana yang dibayangkan. Investor perlu menyadari bahwa banyak perusahaan yang bergerak dalam lini bisnis yang berbeda. Untuk mensiasati permasalah tersebut, diperlukan metode yang bisa digunakan untuk mengklasifikasikan industri ke dalam berbagai devisi, yang dikenal dengan sistem Standard Industrial Classification (SIC). Di Indonesia sendiri, standar pengelompokan industri ini dikenal dengan Jakarta Stock Exchange Sectoral Industry Classification (JASICA). Klasifikasi JASICA tersebut terdiri dari 9 divisi, yang kemudian dibagi lagi menjadi kelompok industri utama dan diberi kode 2 digit.
3. Analisis Perusahaan
Tidak semua perusahaan dalam industri yang mengalami pertumbuhan mempunyai keuntungan yang tinggi. Tugas selanjutnya setelah identifikasi industri, adalah memilih perusahaan yang mampu menawarkan keuntungan bagi investor. Secara mendasar, analisis perusahaan adalah analisis yang bertujuan untuk memilih perusahaan mana dalam suatu industri terpilih yang memiliki prospek bagus di masa yang akan datang.Investor melakukan analisis ini untuk mendapatkan informasi tentang peluang keuntungan yang bisa didapatkan dari beberapa perusahaan dalam suatu industri yang telah mereka pilih setelah melakukan analisis industri pada tahap sebelumnya. Bisa juga, investor melakukan analisis ini untuk melihat saham mana yang memiliki harga pasar yang lebih rendah sehingga dapat menyesuaikan dengan budget yang ada.
Analisis ini juga bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang nilai intrinsik saham pada satu atau beberapa perusahaan. Dengan mengetahui nilai intrinsik dan harga jual suatu saham, investor bisa mendapatkan menilai keuntungan dan kerugian ketika mereka menjual saham tersebut.
Analisis perusahaan sangat berguna untuk melihat gambaran tentang nilai suatu perusahaan, karakteristik internal, kualitas perusahaan, kinerja manajemen, bahkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Setelah investor mendapatkan informasi tentang nilai intrinsik dan nilai pasar saham perusahaan tersebut, selanjutnya mereka akan membandingkan selisih nilai jualnya.
Apabila nilai pasar saham itu lebih rendah dari nilai intrinsiknya, berarti saham itu “undervalued” , artinya saham tersebut dapat ditambahkan ke dalam daftar saham yang layak untuk “dibeli”. Sementara, jika nilai pasar saham tersebut lebih tinggi dari nilai intrinsiknya, berarti saham itu “overvalued”, artinya saham tersebut layak untuk “dijual”.
Analisis Tehnikal
Dalam analisis tehnikal, analis berusaha untuk memperkirakan harga saham (sekuritas) atau kondisi pasar dengan mendasarkan pengamatannya pada perubahan harga saham atau kondisi pasar pada masa yang lalu. Dengan demikian, dalam analisis tehnikal mempercayai bahwa perubahan harga saham pada masa lalu akan membentuk suatu pola tertentu dan pola tersebut akan berulang pada masa mendatang. Pola dari perubahan harga saham atau kondisi pasar ini merupakan informasi yang sangat begitu penting dalam memperkirakan harga saham di masa mendatang.Alat utama dalam analisis tehnikal adalah grafik (chart). Oleh karenanya sering analisis tehnikal ini disebut chartis. Ada tiga jenis grafik yang digunakan dalam analisis ini, yaitu: line chart, bar chart, dan point and figure chart. Dalam line chart, hanya perlu harga penutupan (clossing price) saja untuk digambarkan dalam grafik tersebut. Sedang penggambaran dalam bar chart, diperlukan data harga penutupan, harga tertinggi, dan terendah.
Sementara itu, dalam point and figure chart (PFC) hanya perubahan harga yang signifikan saja yang dicatat pada PFC. Untuk sekuritas dengan harga tinggi (dengan harga diatas, katakan Rp. 15.000,-) hanya perubahan harga 3 atau 5 poin dicatat. Sedang untuk sekuritas dengan harga rendah hanya perubahan setengah atau satu poin saja yang dicatat.
Tidak seperti pada line dan bar chart dimana garis vertikal menggambarkan harga sekuritas dan garis horizontal menggambarkan waktu (menggambarkan dua dimensi), pada PFC bagan satu dimensi digambar dalam grafik dua dimensi. Jadi pergerakan harga diukur secara vertikal.
Dengan bagan sebagai alat analisis tehnikal, maka tujuan utama analisis tehnikal adalah menentukan kapan akan membeli (masuk pasar) dan kapan akan menjual (keluar dari pasar) sekuritas, yaitu dengan memanfaatkan pola dari bagan tersebut.