Secara garis besar ada tiga macam tarian rakyat Minangkabau. Pertama, tarian pencak, yaitu tarian yang gerakan dan prinsipnya menyerupai pencak dan silat. Kedua, tarian perintang, yaitu tarian yang dilakukan pemuda-pemuda untuk kegembiraan dan perintang-rintang waktu. Ketiga, tarian kaba, yaitu tarian yang mengangkat tema cerita (kaba).
Ada 3 jenis tari yang termasuk tarian pencak yaitu:
Banyak seklai jenis tarian perintang ini. Antara lain tari piring, tari galuak, dan tari kerbau jalang.
Amran, Rusli. 1981. Sumatera Barat Hingga Plakat Panjang. Jakarta: Sinar Harapan.
Junus, Umar. 1984. Kaba dan Sistem Sosial Minangkabau, Suatu Problema Sosiologi Sastra. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Mahmud, St. dkk 1978. Himpunan Tambo Minangkabau dan Bukti Sejarah. Limo Kaum: Tanpa Penerbit.
Navis, A.A 1986. Alam Terkembang Jadi Guru, Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta: Pt Pustaka Garafitipers.
Penghulu, M. Rasyid Manggis Dt. Rajo. 1982. Sejarah Ringkas Minangkabau dan Adatnya. Jakarta Mutiara.
Thaib, Darwis, glr. Dt. Sidi Bandoro. 1965. Seluk Beluk Adat Minangkabau. Bukittinggi: NV Nusantara.
Zulkarnaini. 1994. Modul Mata Pelajaran Muatan Lokal SLTP Terbuka. Jakarta: Depdikbud, Proyek Peningkatan Mutu dan Pelaksanaan Wajib Belajar SLTP.
Ramayulis, dkk. Buku Mata Pelajaran Muatan Lokal tentang Sejarah Kebudayaan Minangkabau pada SD, SLTP, SLTA di Sumatera Barat. Padang: Tanpa Tahun, Tanpa Penerbit.
Penghulu, H. Idrus Hakimy Dt. Rajo. 1984. Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak di Minangkabau. Bandung: Remaja Karya CV.
Syarifuddin, Amir. 1984. Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam Lingkungan Adat Minangkabau. Jakarta: Gunung Agung.
Tuah, H.Datoek, tt. Tambo Alam Minangkabau. Bukittinggi: Pustaka Indonesia.
1. Tarian pencak
Tarian pencak berbeda dengan pencak dan silat. Pencak silat dilakukan oleh dua orang dengan gaya silat. Secara pisik dalam pencak, permainannya dapat bersinggungan atau bersentuhan. Tetapi, di dalam tarian, pemain tigak bersinggungan atau bersentuhan. Tarian ini diikuti oleh bunyi-bunyian seperti talempong dan pupuik batang padi. Gerakannya tidak harus mengikuti irama dan bunyi-bunyian. Bunyi-bunyian itu hanyalah sekedar pengiring belaka. Gerakan tarian pencak ini disesuaikn dengan gerak lawan. Bagaimana lawan memainkan gerakan, seperti itu pula gerakan yang satunya.Ada 3 jenis tari yang termasuk tarian pencak yaitu:
a. Tari Sewah
Pertama tari sewah, yaitu tarian yang dilakukan dua orang atau tiga orang seperti bermain pencak dengan menggunakan senjata “sewah”. Sewah yaitu senjata tajam yang panjangnya lebih kurang tiga ela.b. Tari Alo Ambek
Kedua, tari “alo ambek”, yaitu tarian yang dilakukan dua orang yang dibantu oleh dua pendamping yang dinamakan “dampiang”, dan dua orang janang.c. Tari Galombang
Ketiga, tari galombang, yaitu tarian yang dihidangkan pada upacara pernikahan atau upacara penobatan penghulu.2. Tarian Perintang
Tarian perintang yaitu tarian yang dimainkan pemuda-pemuda untuk perintang waktu. Tarian dapat dilakukan bersama-sama atau seorang diri. Tarian diiringi bunyi-bunyian seperti talempong, gendang, dan puput batang padi. Tarian dilakukan dengan bebas dengan irama 4/4 tanpa terikat dengan bunyi-bunyian yang mengiringinya. Setiap penari bebas melakukan gerakan sesuai kemahirannya. Akan tetapi ada gerakan yang telah terpola seperti menirukan gerak tupai, elang terbang, kebaru mengamuk, dan sebagainya. Tarian ini dimainkan di sawah pada musim panen atau pada acara-acara keramaian lainnya.Banyak seklai jenis tarian perintang ini. Antara lain tari piring, tari galuak, dan tari kerbau jalang.
a. Tari piring
Tari piring dimainkan secara tunggal atau bersama. Dikedua telapak tangan penari ada piring porselen dan di ujung jarinya dipasang cincin. Cincin ini dijentik-jentik pada piring sehingga menimbulkan bunyi sesuai dengan irama nyanyian. Tarian ini dilakukan dengan tempo yang cepat.b. Tari galuak
Tari galuak yaitu tari yang menggunakan galuak (tempurung kelapa) di kedua belah tangan. Saat menari, kedua galuak itu dilaga-lagakan sesuai dengan irama. Benturan kedua galuak itu menimbulkan irama sendiri yang mengasyikan penonton.c. Tari kabau jalang
Tari kabau jalang adalah tarian yang menyerupai kerbau jalang atau kerbau liar yang menggila. Untuk menirukan tanduk kerbau, pemain mengacungkan kedua tangannya di atas kepala. Nafas penari mendengus-dengus seperti kerbau jalang. Pada saatnya, penari bisa kesurupan sebagai puncak tarian. Saat itu kadang-kadang penari menyeruduk penonton. Penonton menjadi gaduh. Kadang-kadang penonton pun ikut aktif melakukan garakan tari itu. Kemudian penari berguling-guling seperti kerbau di kubangan.3. Tarian Kaba
Tarian kaba adalah tarian yang mengangkat tema cerita (kaba). Tarian ini mengutamakan nyanyian daripada gerak tari. Penari menyanyikan cerita kaba sambil menari. Pengungkapan cerita kaba dengan nyanyian lebih diutamakan daripada gerak tarinya. Jadi, tari hanya sebagai pembawa kaba belaka. Tarian biasanya juga diikuti oleh musik pengiring seperti talempong dan adok. Jenis tarian ini tergantung kepada cerita kaba yang dibawakan.Sumber Referensi:
Amran, Rusli. 1981. Sumatera Barat Hingga Plakat Panjang. Jakarta: Sinar Harapan.
Junus, Umar. 1984. Kaba dan Sistem Sosial Minangkabau, Suatu Problema Sosiologi Sastra. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Mahmud, St. dkk 1978. Himpunan Tambo Minangkabau dan Bukti Sejarah. Limo Kaum: Tanpa Penerbit.
Navis, A.A 1986. Alam Terkembang Jadi Guru, Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta: Pt Pustaka Garafitipers.
Penghulu, M. Rasyid Manggis Dt. Rajo. 1982. Sejarah Ringkas Minangkabau dan Adatnya. Jakarta Mutiara.
Thaib, Darwis, glr. Dt. Sidi Bandoro. 1965. Seluk Beluk Adat Minangkabau. Bukittinggi: NV Nusantara.
Zulkarnaini. 1994. Modul Mata Pelajaran Muatan Lokal SLTP Terbuka. Jakarta: Depdikbud, Proyek Peningkatan Mutu dan Pelaksanaan Wajib Belajar SLTP.
Ramayulis, dkk. Buku Mata Pelajaran Muatan Lokal tentang Sejarah Kebudayaan Minangkabau pada SD, SLTP, SLTA di Sumatera Barat. Padang: Tanpa Tahun, Tanpa Penerbit.
Penghulu, H. Idrus Hakimy Dt. Rajo. 1984. Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak di Minangkabau. Bandung: Remaja Karya CV.
Syarifuddin, Amir. 1984. Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam Lingkungan Adat Minangkabau. Jakarta: Gunung Agung.
Tuah, H.Datoek, tt. Tambo Alam Minangkabau. Bukittinggi: Pustaka Indonesia.