Pangulu adalah orang biasa. Ia memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dan kelemahan itu berdasarkan wataknya sebagai seorang pribadi. agar Kelemahan secara pribadi itu tidak merugikan orang lain baik anak – kemenakannya, dan masyarakatnya, adat memberikan ketentuan dan peringatan kepadanya. Peringatan itu dasarnya bersumber dari hasil penyimakan masyarakat terhadap pangulu. Umumnya ada 4 macam pangulu dan enam macam perangai pangulu.
- Pangulu yang sebenar-benarnya pangulu. Pangulu seperti ini disebut juga dengan pangulu yang sempurna. Ia melaksanakan fungsi dan kewajibannya menurut adat yang berlaku.
- Pangulu yang suka mengeluh. Sifat seperti menggambarkan ketidakmampuan seorang pangulu menyelesaikan masalah pribadinya dan masalah kaumnya.
- Pangulu yang suka menang sendiri. Pangulu seperti biasanya keras kepala, tidak mau mengalah dan tidak memiliki toleransi. Ia hanya mau mengalahkan pikiran dan pendapat orang lain.
- Pangulu yang suka meninggakan kewajibannya. Pangulu seperti ini biasanya seringkali mengelakan tugas dan kewajibannya, apabila ia merasa itu menjadi beban atau merugikan dirinya dlln.
Sekarang kita mengenal sifat buruk dari pangulu yang harus di hindari. Keenam sifat ini tidak boleh di miliki oleh seorang pangulu.
- . “pangulu nan di ujuang tanjuang”. Adalah pangulu yang tidak memiliki prinsip dalam hidupnya. Dalam adat di katakan “sapantun sipongang dalam guo, urang mahariak inyo mahariak, urang babunyi inyo babunyi, kalau di imbau bunyi ado, kalau di caliak indak basuo”.
- . “pangulu ayam gadang”. Pangulu yang memiliki sifat seperti ayam jago. Dalam adat dikatakan “ bakotek hilia jo mudiak, bakukuak kiri jo kanan, mamanggakan tuah kamanangan, tiok ado kebaikan tumbuah, inyo nan pokok pangkanyo. Bakotek indak batalua, tinggi lonjak gadang galapua, lago di bawah sajo, gadang tungkuih indak barisi, elok bungkuih pangabek kurang”.
- .”pangulu buluah bambu”. Adalah pangulu yang terlihat bagus dari luar, tetapi kosong di dalam. Ia sangat kurang ilmu, tetapi berlebih lagaknya. Di katakan di dalam ungkapan “batareh tampak ka lau, di dalam kosong sajo, tampan elok takah balabiah, lagak rancak aka tak ado, ilmu jauh sakali”.
- .”pangulu katuak – katuak”. Pangulu yang bersifat seperti tong. Ia berbunyi apabila di ketok. Ungkapan adat mengatakan “ iyolah tong-tong di ladang, kalau diguguah inyo babunyi, disaru baru basuaro, ka mangecek takuik balabiah”.
- . “pangulu tupai tuo”. Pangulu yang berperangai seperti tupai tua. Ia tidak mau berusaha karena takut salah. Ia merasa dirinya tidak berarti. Dalam ungkapan adat mengatakan “ elok nan tidak mangalua, gadang nan indak mangatangah, bagai karabang talua itiak, rancaknyo tabuang sajo. Indak tatampuah ujuang dahan, alek jamu tajalang, alua tak ado nan taturuik, jalan tak ado nan tatampuah, banyak sagan dalam dirinyo”.
- . “ pangulu busuak hariang”. Pangulu yang memiliki sifat yang busuk. Ia selalu membawa keresahan di dalam masyarakat. Dalam adat di ungkapkan “itu pangulu nan jahanam, hino bangso randah martabat, hati hariang pahamnyo busuak, budi anyia pikiran ariang, panjang aka handak malilik, panjang bicaro handak mangabel. Elok tipu manih umbuaknyo, tukang piuah tukang pilin, panangguak di aia karuah”.
Selain keenam sifat diatas, pangulu juga memiliki pantangan. Secara umumnya Ada enam pantangan bagi pangulu yaitu :
- . memerahkan muka (wajah). Artinya bersikap emosional dan tidak mampu mengendalikan diri.
- . menghardik menghantam tanah. Artinya mempunyai sikap pemarah, pemaki, dan penggertak.
- .menyingsingkan lengan baju. Artinya melakukan pekerjaan kasar seolah – olah tidak mempunyai sumber hidup yang layak, padahal ia mempunyai sawah dan ladang.
- . berlari –lari. Artinya sikap orang yang terlalu terburu- buru, pencemas, tidak tabah dan penakut.
- . memanjat –manjat. Artinya mempunyai sifat seperti anak – anak atau kekanak-kanakan.
- .menjunjung dengan kepala. Artinya meletakkan beban di atas kepala, seolah – olah kepalanya tidak digunakan untuk berfikir, tapi untuk membawa beban.