Salah satu karya seni rupa terapan nusantara yang terkenal adalah seni tekstil yang di kenal dengan batik. Adalah gambar yang dibuat pada kain dengan bahan lilin dan pewarna atau naphtol, menggunakan alat canting dan (atau kuas) serta teknik tutup-celup. Lilin yang dipanaskan dan menggunakan alat canting atau kuas tersebut merupakan tindakan menggambar atau melukis yang disebut membatik.
Dalam proses membatik tersebut kita perlu menggunakan cap, sehingga karya batik dengan canting dan cap ini dikenal dengan istilah batik tulis dan batik cap. Dalam segi kualitas, batik yang dikerjakan dengan cap kurang unggul dibandingkan dengan canting.
Peralatan tradisional untuk membatik sejak dahulu tidak banyak mengalami perubahan yang begitu berarti. Meski telah muncul peralatan yang mendukung komputerisasi untuk menciptakan karya batik, seperti pakaian yang menggunakan pola batik, namun nilai-nilai batik menjadi tidak begitu berarti.
Oleh karena itu peralatan dan proses pembuatannya tidak dapat menggunakan cara-cara modern karena akan mengilangkan arti batik itu sendiri. Tetapi, kita dapat menggunakan peralatan-peralatan yang sudah modern dan juga kualitas produknya. Beberapa peralatan standar yang biasa digunakan untuk membatik yaitu, canting, kuas, wajan, kompor, gawangan, sarung tangan, dandang besar, dan setrika.
Alat pokok membatik yang menentukan apakah hasil pekerjaan disebut atau bukan batik. Canting berfungsi untuk menulis dan melukiskan cairan lilin pada kain, membuat motif-motif batik yang diinginkan. Alat ini terbuat dari bahan tembaga yang dipadukan dengan bambu sebagai tangkainya.
Canting terdiri dari tangkai yang terbuat dari bambu, badan canting yang berfungsi untuk mengambil dan menampung cairan lilin dari wajan dan carat, pipa kecil melengkung untuk jalan keluar cairan.
Menurut fungsinya, canting dapat dibedakan menjadi dua, yaitu canting reng-rengan (batikan pertama kali sesuai dengan polanya), dan canting isen (mengisi bidang batik).
Menurut ukurannya, canting dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: canting kecil, canting sedang, dan canting besar.
Menurut jumlah carat, canting dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: canting cecekan, canting loron (bercarat dua), canting telon (bercarat tiga).
Kuas yang digunakan untuk membatik hendaknya tahan panas. Fungsi kuas untuk menutup bidang yang luas, sehingga lebih cepat selesai.
Wajan adalah peralatan yang terbuat dari logam baja yang berguna untuk mencairkan lilin untuk membatik. Ukuran wajan untuk membatik biasa berukuran kecil. Wajan yang baik hendaknya memiliki tangkai, sehingga mudah untuk diangkat dan diturunkan dari kompor.
Kompor untuk membatik berukuran kecil. Hal ini berguna untuk memanaskan wajan, sehingga lilin menjadi cair.
Gawangan adalah peralatan yang berguna untuk membentangkan kain yang dibatik. Gawangan dapat dibuat dari kayu atau bambu. Gawangan hendaknya dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipindahkan, tetapi harus kuat dan ringan
Sarung tangan berguna untuk melindungi tangan agar tidak kotorkarena proses pewarnaan.
Dandang besar berguna untuk proses pelarutan lilin yang melekat pada kain dengan merendam dan mendidihkan air serta diberi soda abu.
Setrika berguna untuk menghilangkan lilin pada kain. Dengan panas dari setrika, lilin akan berpindah ke kertas koran.
l. mengilangkah lilin yang melekat pada kain dengan setrika yang beralaskan kertas koran.
Tahap terakhir membatik dari terdiri dari beberapa langkah berikut:
a. mengeringkan kain batik yang masih basah ditempat yang teduh. Gunanya agar menjadi lebih “keluar”.
b. membingkai batik lukis pada kayu spanram. Ini dilakukan bila kain batik hendak dijadikan hiasan dinding.
c. melipat dan menyimpan kain batik tulis pada tempatnya. Akan lebih baik lagi bila batik itu disimpan dengan cara menyampirkannya ke sebilah kayu sehingga tidak cepat rusak akibat terlipat-lipat.
Begitulah Sekiranya, langkah-langkah sederhana yang dilakukan untuk membantik menggunakan teknik tradisional tutup-celup. Namun, dewasa ini teknik membatik telah berkembang. Tidak lagi menggunakan cara manual, tetapi menggunakan teknik printing dengan bantuan komputer. Meskipun begitu, masing-masing teknik baik tradisional ataupun teknik modern memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing.
Dalam proses membatik tersebut kita perlu menggunakan cap, sehingga karya batik dengan canting dan cap ini dikenal dengan istilah batik tulis dan batik cap. Dalam segi kualitas, batik yang dikerjakan dengan cap kurang unggul dibandingkan dengan canting.
Peralatan tradisional untuk membatik sejak dahulu tidak banyak mengalami perubahan yang begitu berarti. Meski telah muncul peralatan yang mendukung komputerisasi untuk menciptakan karya batik, seperti pakaian yang menggunakan pola batik, namun nilai-nilai batik menjadi tidak begitu berarti.
Oleh karena itu peralatan dan proses pembuatannya tidak dapat menggunakan cara-cara modern karena akan mengilangkan arti batik itu sendiri. Tetapi, kita dapat menggunakan peralatan-peralatan yang sudah modern dan juga kualitas produknya. Beberapa peralatan standar yang biasa digunakan untuk membatik yaitu, canting, kuas, wajan, kompor, gawangan, sarung tangan, dandang besar, dan setrika.
Canting
Alat pokok membatik yang menentukan apakah hasil pekerjaan disebut atau bukan batik. Canting berfungsi untuk menulis dan melukiskan cairan lilin pada kain, membuat motif-motif batik yang diinginkan. Alat ini terbuat dari bahan tembaga yang dipadukan dengan bambu sebagai tangkainya.
Canting terdiri dari tangkai yang terbuat dari bambu, badan canting yang berfungsi untuk mengambil dan menampung cairan lilin dari wajan dan carat, pipa kecil melengkung untuk jalan keluar cairan.
Menurut fungsinya, canting dapat dibedakan menjadi dua, yaitu canting reng-rengan (batikan pertama kali sesuai dengan polanya), dan canting isen (mengisi bidang batik).
Menurut ukurannya, canting dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: canting kecil, canting sedang, dan canting besar.
Menurut jumlah carat, canting dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: canting cecekan, canting loron (bercarat dua), canting telon (bercarat tiga).
Kuas
Kuas yang digunakan untuk membatik hendaknya tahan panas. Fungsi kuas untuk menutup bidang yang luas, sehingga lebih cepat selesai.
Wajan
Wajan adalah peralatan yang terbuat dari logam baja yang berguna untuk mencairkan lilin untuk membatik. Ukuran wajan untuk membatik biasa berukuran kecil. Wajan yang baik hendaknya memiliki tangkai, sehingga mudah untuk diangkat dan diturunkan dari kompor.
Kompor
Kompor untuk membatik berukuran kecil. Hal ini berguna untuk memanaskan wajan, sehingga lilin menjadi cair.
Gawangan
Gawangan adalah peralatan yang berguna untuk membentangkan kain yang dibatik. Gawangan dapat dibuat dari kayu atau bambu. Gawangan hendaknya dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipindahkan, tetapi harus kuat dan ringan
Sarung Tangan
Sarung tangan berguna untuk melindungi tangan agar tidak kotorkarena proses pewarnaan.
Dandang Besar
Dandang besar berguna untuk proses pelarutan lilin yang melekat pada kain dengan merendam dan mendidihkan air serta diberi soda abu.
Setrika
Setrika berguna untuk menghilangkan lilin pada kain. Dengan panas dari setrika, lilin akan berpindah ke kertas koran.
Langkah-Langkah Membatik
Teknik membatik pada umumnya adalah tutup-celup. Kain ditutup dengan lilin, kemudian dicelup pada zat pewarna. Untuk variasi teknik dapat juga menggunakan cara ikat-celup, yaitu kain diikat dengan tali, kemudian dicelup dengan zat pewarna. Setelah menentukan teknik membatik yang sesuai dengan yang diinginkan, setelahnya proses membatik dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
Desain adalah menggambar pola hias pada kertas gambar, setelah itu, gambar pola hias dipindahkan ke kain menggunakan pensil.
Hal-hal yang diperlukan dalam membatik adalah bahan atau kain yang sudah digambari, lilin, pewarna serta alat berupa canting, kuas, wajan, dan kompor atau anglo. Pertama-tama kompor dinyalakan, kemudian wajan diletakkan di atas kompor, setelah itu masukkan lilin ke dalam wajan tersebut. tunggu hingga lilin mencair atau meleleh.
Setelah semua peralatan dan perlengkapan membatik dipersiapkan, maka barulah proses membatik dapat dilakukan. Berikut langkah-langkah umumnya:
a. Lilin yang sudah mencair diambil dengan canting.
b. menuangkan lilin dalam canting melalui carat di atas permukaan kain sesuai dengan garis pada gambar. Kalau perlu, carat ditiup agar lilin tidak menyumbatnya.
c. kain diberi isen-isen (isian yang berupa titik, garis, bidang, struktur) dengan lilin.
d. Kain dicelup pada wadah yang sudah ada pewarnanya, kemudian dicelupkan pada wadah yang berisi larutan garam.
e. kain ditutupi dengan lilin pada bidang gambar yang di kehendaki untuk warna pertama.
f. kain dicelupkan pada wadah yang sudah ada pewarnanya, kemudian dicelupkan lagi pada wadah yang berisi larutan garam.
g. kain ditutup dengan lilin pada bidang gambar yang dikehendaki untuk warna kedua.
h. kain dicelpkan pada wadah yang sudah ada pewarnanya, kemudian dicelupkan lagi pada wadah yang berisi larutan garam.
i. kain ditutupi dengan lilin pada bidang gambar yang dikehendaki untuk warna ketiga.
j. kain dicelupkan pada wadah yang sudah ada pewarnanya, kemudian dicelupkan lagi pada wadah yang berisi larutan garam. Mewarnai batik dimulai dari warna yang paling muda menuju warna yang paling tua (kuning, jingga, hijau, biru, merah, coklat, merah hati, hitam). Jika menghendaki satu warna saja, cukup dicelupkan sekali saja.
k. kain dimasukkan ke dalam dandang yang berisi air mendidih dan soda abu untuk melarutkan lilin.
1. Mendesain Pola
Desain adalah menggambar pola hias pada kertas gambar, setelah itu, gambar pola hias dipindahkan ke kain menggunakan pensil.
2. Persiapan Sebelum Membatik
Hal-hal yang diperlukan dalam membatik adalah bahan atau kain yang sudah digambari, lilin, pewarna serta alat berupa canting, kuas, wajan, dan kompor atau anglo. Pertama-tama kompor dinyalakan, kemudian wajan diletakkan di atas kompor, setelah itu masukkan lilin ke dalam wajan tersebut. tunggu hingga lilin mencair atau meleleh.
3. Proses Membatik
Setelah semua peralatan dan perlengkapan membatik dipersiapkan, maka barulah proses membatik dapat dilakukan. Berikut langkah-langkah umumnya:
a. Lilin yang sudah mencair diambil dengan canting.
b. menuangkan lilin dalam canting melalui carat di atas permukaan kain sesuai dengan garis pada gambar. Kalau perlu, carat ditiup agar lilin tidak menyumbatnya.
c. kain diberi isen-isen (isian yang berupa titik, garis, bidang, struktur) dengan lilin.
d. Kain dicelup pada wadah yang sudah ada pewarnanya, kemudian dicelupkan pada wadah yang berisi larutan garam.
e. kain ditutupi dengan lilin pada bidang gambar yang di kehendaki untuk warna pertama.
f. kain dicelupkan pada wadah yang sudah ada pewarnanya, kemudian dicelupkan lagi pada wadah yang berisi larutan garam.
g. kain ditutup dengan lilin pada bidang gambar yang dikehendaki untuk warna kedua.
h. kain dicelpkan pada wadah yang sudah ada pewarnanya, kemudian dicelupkan lagi pada wadah yang berisi larutan garam.
i. kain ditutupi dengan lilin pada bidang gambar yang dikehendaki untuk warna ketiga.
j. kain dicelupkan pada wadah yang sudah ada pewarnanya, kemudian dicelupkan lagi pada wadah yang berisi larutan garam. Mewarnai batik dimulai dari warna yang paling muda menuju warna yang paling tua (kuning, jingga, hijau, biru, merah, coklat, merah hati, hitam). Jika menghendaki satu warna saja, cukup dicelupkan sekali saja.
k. kain dimasukkan ke dalam dandang yang berisi air mendidih dan soda abu untuk melarutkan lilin.
l. mengilangkah lilin yang melekat pada kain dengan setrika yang beralaskan kertas koran.
4. Langkah Akhir Membatik
Tahap terakhir membatik dari terdiri dari beberapa langkah berikut:
a. mengeringkan kain batik yang masih basah ditempat yang teduh. Gunanya agar menjadi lebih “keluar”.
b. membingkai batik lukis pada kayu spanram. Ini dilakukan bila kain batik hendak dijadikan hiasan dinding.
c. melipat dan menyimpan kain batik tulis pada tempatnya. Akan lebih baik lagi bila batik itu disimpan dengan cara menyampirkannya ke sebilah kayu sehingga tidak cepat rusak akibat terlipat-lipat.
Begitulah Sekiranya, langkah-langkah sederhana yang dilakukan untuk membantik menggunakan teknik tradisional tutup-celup. Namun, dewasa ini teknik membatik telah berkembang. Tidak lagi menggunakan cara manual, tetapi menggunakan teknik printing dengan bantuan komputer. Meskipun begitu, masing-masing teknik baik tradisional ataupun teknik modern memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing.