Fungsi Rangkiang Bagi Masyarakat Minangkabau Sumatera Barat

Rangkiang memiliki dua fungsi. Pertama, rangkiang berfungsi ekonomi, tergambar pada pemanfaatan isinya untuk keperluan ekonomi anggota kaum pemiliknya. Kedua, rangkiang berfungsi sosial, tergambar dalam kedudukan rangkiang yang banyak itu. Salah satu diantaranya adalah untuk menolong orang kampung atau menolong masyarakat yang membutuhkannya. Dari kedua fungsi itu tergambar kehidupan masyarakat Minangkabau yang memperhatikan masalah ekonomi dan tidak mengabaikan masalah sosial.

Fungsi Rangkiang Bagi Masyarakat Minangkabau

Mengenai nama-nama rangkiang dan fungsinya diungkapkan di dalam adat sebagai berikut:

Rangkiangnyo tagak sajaja,
Di tangah si tijuau lauik,
Panjapuik si dagang lalu,
Paninjau pincalang masuak,
Di kanan sibayau-bayau,
Lumbuang makan patang pagi,
Di kiri si tenggang lapa,
Tampek si miskin basalang tenggang,
Panolong urang kampuang,
Di musim lapa gantuang tungku,
Lumbuang kasiak salo-manyalo,
Tampek manyimpan padi abuan.

Dari ungkapan di atas terlihat jenis rangkiang yang berderet di halaman rumah gadang. Selain jenisnya, juga fungsi masing-masing rangkiang dalam kehidupan. Fungsinya dalam bidang ekonomi dan dalam bidang sosial tergambar dalam ungkapan di atas. Secara rinci, jenis dan fungsi rangkiang akan dijelaskan di bawah ini:

1. Si Tinjau Lauik

Rangkiang ini diberi nama Si Tinjau Lauik (si tinjau laut). Tipenya lebih langsing dari rangkiang yang lain. ia berdiri di atas empat tiang dan letaknya di tengah-tengah, diantara rangkiang yang lain. rangkiang ini tempat menyimpan padi yang digunakan untuk membeli barang atau keperluan rumah tangga warga rumah gadang. Barang-barang yang dibeli dari isi rangkiang ini ialah barang yang tidak dapat diadakan sendiri.

2. Si Bayau-Bayau

Rangkiang ini diberi nama Si Bayau-Bayau. Tipenya gemuk, berdiri di atas enam tiang. Letaknya di sebelah kanan. Isinya berguna untuk makan sehari-hari warga rumah gadang. Warga rumah gadang hidup dari isi rangkiang ini. Semua kebutuhan makan bersumber dari isi rangkiang Si Bayau-Bayau.

3. Si Tenggang Lapa

Rangkiang ini diberi nama Si Tenggang Lapa (si tenggang lapar). Tipenya bersegi dan berdiri di atas empat tiang. Letaknya di sebelah kiri. Isinya berguna sebagai cadangan pada masa paceklik. Selain itu digunakan di gunakan juga untuk membantu masyarakat yang membutuhkan. Rangkiang ini lebih banyak berfungsi sosial. Masyarakat yang membutuhkan pinjaman, padinya diambil dari isi rangkiang ini.

4. Rangkiang Kaciak

Rangkiang ini diberi nama Rangkiang Kaciak (rangkiang kecil). Tipenya lebih kecil. Atapnya tidak bergonjong. Adakala dibuat bundar. Jumlahnya kadang-kadang lebih dari satu. Letaknya diantara ketiga rangkiang di atas. Isinya merupakan padi abuan, yaitu padi yang akan digunakan untuk benih dan biaya mengerjakan sawah pada musim yang akan datang.

Jenis rangkiang itu ada empat. Keempatnya memiliki fungsi masing-masing. Si Tinjau Lauik, Sibayau-Bayau, dan Rangkiang kaciak memiliki fungsi ekonomis. Ia lebih banyak berguna untuk menupang kehidupan ekonomi keluarga rumah gadang. Kegunaannya lebih banyak pula untuk interen rumah gadang. Si Tenggang Lapa menunjukkan fungsi sosial. Ia berguna untuk membantu masyarakat, untuk cadangan jika musim paceklik datang. Masyarakat yang membutuhkan pinjaman dilayani oleh rangkiang ini.


Sumber Referensi:


Amran, Rusli. 1981. Sumatera Barat Hingga Plakat Panjang. Jakarta: Sinar Harapan.
Junus, Umar. 1984. Kaba dan Sistem Sosial Minangkabau, Suatu Problema Sosiologi Sastra. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Mahmud, St. dkk 1978. Himpunan Tambo Minangkabau dan Bukti Sejarah. Limo Kaum: Tanpa Penerbit.
Navis, A.A 1986. Alam Terkembang Jadi Guru, Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta: Pt Pustaka Garafitipers.
Penghulu, M. Rasyid Manggis Dt. Rajo. 1982. Sejarah Ringkas Minangkabau dan Adatnya. Jakarta Mutiara.
Thaib, Darwis, glr. Dt. Sidi Bandoro. 1965. Seluk Beluk Adat Minangkabau. Bukittinggi: NV Nusantara.
Zulkarnaini. 1994. Modul Mata Pelajaran Muatan Lokal SLTP Terbuka. Jakarta: Depdikbud, Proyek Peningkatan Mutu dan Pelaksanaan Wajib Belajar SLTP.
Ramayulis, dkk. Buku Mata Pelajaran Muatan Lokal tentang Sejarah Kebudayaan Minangkabau pada SD, SLTP, SLTA di Sumatera Barat. Padang: Tanpa Tahun, Tanpa Penerbit.
Penghulu, H. Idrus Hakimy Dt. Rajo. 1984. Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak di Minangkabau. Bandung: Remaja Karya CV.
Syarifuddin, Amir. 1984. Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam Lingkungan Adat Minangkabau. Jakarta: Gunung Agung.
Tuah, H.Datoek, tt. Tambo Alam Minangkabau. Bukittinggi: Pustaka Indonesia.

Posting Komentar

Apa Pendapat Anda?

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال