Isi Dialog Antar Tokoh Dalam Pertunjukan Randai Sumatera Barat

Dialog dalam randai dilakukan dalam bahasa Minangkabau. Bahasa yang digunakan biasanya prosa liris dan dalam bentuk pantun. Ungkapan-ungkapan menggunakan bahasa berirama (prosa liris). Kadang-kadang mengandung makna kiasan. Seperti layaknya orang Minangkabau, biasa berkata dengan kata kias, bukan kata langsung. Diantara prosa liris itu diselangi pula dengan pantun.

Dialog Antar Tokoh Dalam Pertunjukan Randai

Misalnya dialog antara seorang anak dengan ibunya. Sang ibu memanggil anaknya untuk menghadap kepadanya. Kemudian terjadi dialoh seperti berikut:
Anak: ampunkan denai mandeh kanduang, satu salah baribu ampun, den susun jadi nan sapuluah, den takuakkan kapalo nan satu, denai datang maadok mandeh. Apokoh sabab denai mandeh panggia, curai papahkan bakeh denai, nak sanang di dalam hati, nak sajuak di dalam kiro-kiro.

Ibu: anak kanduang sibiran tulang, ubek jariah palarai damam, jarek samato badan diri. Makonyo anak dengan panggia, ado kato nan ka den sampaikan, ado rundiangan nan ka denai paiyokan. Sabab kan baa dek baitu, anak batambah gadang juo.

Dialog seperti itu biasanya diikuti dengan intonasi yang tepat dan mimik yang cocok. Dialog-dialog itu biasanya sangat komunikatif, sangat dipahami oleh penonton. Di dalam dialog tergambar budi, bagaimana seharusnya seorang anak jika menghadap dan berbicara dengan ibunya, dan bagaimana seharusnya ibu jika memberi nasehat dan pelajaran kepada anaknya.


Sumber Referensi:


Amran, Rusli. 1981. Sumatera Barat Hingga Plakat Panjang. Jakarta: Sinar Harapan.
Junus, Umar. 1984. Kaba dan Sistem Sosial Minangkabau, Suatu Problema Sosiologi Sastra. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Mahmud, St. dkk 1978. Himpunan Tambo Minangkabau dan Bukti Sejarah. Limo Kaum: Tanpa Penerbit.
Navis, A.A 1986. Alam Terkembang Jadi Guru, Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta: Pt Pustaka Garafitipers.
Penghulu, M. Rasyid Manggis Dt. Rajo. 1982. Sejarah Ringkas Minangkabau dan Adatnya. Jakarta Mutiara.
Thaib, Darwis, glr. Dt. Sidi Bandoro. 1965. Seluk Beluk Adat Minangkabau. Bukittinggi: NV Nusantara.
Zulkarnaini. 1994. Modul Mata Pelajaran Muatan Lokal SLTP Terbuka. Jakarta: Depdikbud, Proyek Peningkatan Mutu dan Pelaksanaan Wajib Belajar SLTP.
Ramayulis, dkk. Buku Mata Pelajaran Muatan Lokal tentang Sejarah Kebudayaan Minangkabau pada SD, SLTP, SLTA di Sumatera Barat. Padang: Tanpa Tahun, Tanpa Penerbit.
Penghulu, H. Idrus Hakimy Dt. Rajo. 1984. Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak di Minangkabau. Bandung: Remaja Karya CV.
Syarifuddin, Amir. 1984. Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam Lingkungan Adat Minangkabau. Jakarta: Gunung Agung.
Tuah, H.Datoek, tt. Tambo Alam Minangkabau. Bukittinggi: Pustaka Indonesia.

Posting Komentar

Apa Pendapat Anda?

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال