Makna Adat Nan Diadatkan Berdasarkan Budaya Masyarakat Minangkabau

Tahukah anda apa itu ada nan diadatkan menurut adat Minangkabau?. Ya, Adat Nan diadatkan (adat yang diadatkan) adalah adat yang dirancang, dijalankan serta diteruskan oleh nenek moyang orang Minangkabau untuk menjadi peraturan dalam kehidupan masyarakat di segala bidang. Adat ini dirancang oleh Datuak Katumanggungan dan Datuak Parpatih Nan Sabatang yang terdiri dari hukum undang-undang yang berlaku di Minangkabau.

Arti Adat Nan Diadatkan Menurut Masyarakat Minangkabau

Adat nan diadatkan melingkupi seluruh segi kehidupan, terutama segi kehidupan sosial, budaya, dan hukum. Keseluruhannya terhimpun di dalam “undang nan duo puluah dan cupak nan ampek” (undang yang dua puluh dan cupak yang empat). Undang adalah undang-undang yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Mereka yang melanggar akan dikenakan sanksi atau hukuman. Udang-undang ini tidak tertulis, tetapi diketahui dan ditaati oleh semua orang Minangkabau.

Cupak adalah penakar, artinya ukuran, norma yang disajikan standaruntuk mengukur atau menilai segala tindakan orang Minangkabau dalam kehidupan.

Adat nan diadatkan disusun berdasarkan adat nan sabana adat. Penyusunan dilakukan dengan kesepakatan sesepuh dan pemuka adat, yaitu nenek moyang orang Minangkabau. Oleh karena disusun berdasarkan kesepakatan, mengubahnya juga dilakukan dengan kesepatakan. Jadi jenis adat ini dapat diubah dan berubah. Hal tersebut disesuai dengan pernyataan dalam kato pusako (kata pusaka) adat Minangkabau sebagai berikut:

Jikok dicabuik, mati,
(Jika dicabut, mati,)
Jikok diasak, layua.
(Jika dipindahkan, layu)


Sumber Referensi:


Amran, Rusli. 1981. Sumatera Barat Hingga Plakat Panjang. Jakarta: Sinar Harapan.
Junus, Umar. 1984. Kaba dan Sistem Sosial Minangkabau, Suatu Problema Sosiologi Sastra. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Mahmud, St. dkk 1978. Himpunan Tambo Minangkabau dan Bukti Sejarah. Limo Kaum: Tanpa Penerbit.
Navis, A.A 1986. Alam Terkembang Jadi Guru, Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta: Pt Pustaka Garafitipers.
Penghulu, M. Rasyid Manggis Dt. Rajo. 1982. Sejarah Ringkas Minangkabau dan Adatnya. Jakarta Mutiara.
Thaib, Darwis, glr. Dt. Sidi Bandoro. 1965. Seluk Beluk Adat Minangkabau. Bukittinggi: NV Nusantara.
Zulkarnaini. 1994. Modul Mata Pelajaran Muatan Lokal SLTP Terbuka. Jakarta: Depdikbud, Proyek Peningkatan Mutu dan Pelaksanaan Wajib Belajar SLTP.
Ramayulis, dkk. Buku Mata Pelajaran Muatan Lokal tentang Sejarah Kebudayaan Minangkabau pada SD, SLTP, SLTA di Sumatera Barat. Padang: Tanpa Tahun, Tanpa Penerbit.
Penghulu, H. Idrus Hakimy Dt. Rajo. 1984. Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak di Minangkabau. Bandung: Remaja Karya CV.
Syarifuddin, Amir. 1984. Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam Lingkungan Adat Minangkabau. Jakarta: Gunung Agung.
Tuah, H.Datoek, tt. Tambo Alam Minangkabau. Bukittinggi: Pustaka Indonesia.



image: marunggi.files.wordpress.com

Posting Komentar

Apa Pendapat Anda?

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال