Minangkabau bukan hanya sebagai tempat hidup dan mati, bukan hanya tempat hidup dan berkembang, tetapi minangkabau juga memiliki makna filosofis. Seperti yang ada dalam ungkapan pepatah minangkabau “alam takambang jadi guru”.Alam memiliki makna yang mendalam dengan segala bentuk, sifat, serta segala yang terjadi di dalamnya, merupakan sesuatu yang dapat dijadikan sebagai pedoman, ajaran, dan guru.
Alam sebagai ajaran dan pandangan hidup kata-kata yang menjadi pedoman hidup bagi manusia dalam berbaut, bertindak, dan berprilaku. Dalam minangkabau pun begitu, mereka membuat segala bentuk pepatah-petitih dan mamangan berdasarkan kehidupan yang ada di alam semesta ini. Hal tersebut lalu dijadikan sebagai aturan, hukum, dan ketentuan adat. Mereka menerapkan semua itu dalam kehidupan sehari-hari. Hal itulah yang dinamakan ajaran minangkabau.
Dalam kata pusaka minangkabau telah diungkapkan, bahwa:
Panakiak pisau sirauik,
Ambiak galah batan lintabuang, Silodang ambiak ka nyiru Satitiak jadikan lawik Sakapa jadikan gunuang Alam takambang jadi guru |
Pada dasarnya, alam memiliki dua sifat yang paling mendasar. Pertama, bersifat tetap, artinya alam tidak pernah berubah sejak dulu sampai kini. Semua hal yang tidak berubah itu dijadikan masyarakat minangkabau sebagai dasar atau landasan hukum dan rumusan adat. Landasan itu disebut “adat babuhua mati”. Kedua, bersifat tidak tetap artinya alam dapat berubah-berubah sesuai dengan kodratnya. Semua itu disebabkan oleh keadaan, situasi dan cuaca. Sifat ini juga dijadikan oleh orang minangkabau sebagai rumusan membuat adat, yang disebut dengan “adat babuhua sintak”.
Kedua hal ini dijadikan sebagai falsafah “alam takambang jadi guru”.
Alam merupakan tempat hidup dan sumber kehidupan manusia. Maka dari itu manusia haruslah memanfaatkan alam dengan seoptimal mungkin. Semua yang terdapat di Alam ini, memiliki kegunaannya masing-masing serta memiliki makna penciptaannya.
Dalam kata pusaka telah dijelaskan, yaitu:
Nan lunak ditanam baniah
Nan kareh dibuek ladang Nan bancah palapeh itiak Ganangan ka tabek ikan Bukik batu ka tambang ameh Padang laweh bakeh taranak Ka rimbo babungo kayu Ka sungai babungo pasia Ka lawik babungo karang Ka sawah babungo padi Ka tambang babungo ameh |
Informasi apa yang didapatkan dari kata pusaka tersebut? Ternyata orang minangkabau terdahulu tidak hanya mengenal dunia agraris saja, tetapi juga telah mengenal pertambangan. Alam mereka jadikan sebagai landasan untuk merumuskan dan menyusun ajaran adat. Kemudian mereka menjadikan alam sebagai sumber hidup dan kehidupan mereka. Apapun yang diberikan alam, mereka jadikan sebagai sumber kesejahteraan sumber daya alam. Memanfaat pemberian alam untuk memenuhi semua kebutuhan mereka. Demikianlah arti alam bagi orang minangkabau.