Pada artikel lain, pernah juga di bahas tentang taratak, dusun, koto dan nagari. Pada artikel lainnya, juga pernah dibahas, bahwasanya rumah gadang hanya bisa di dirikan di dusun, koto dan nagari. Untuk itu kita juga harus mengerti syarat – syarat suatu wilayah bisa di katakan sebagai dusun, koto atau nagari. Di dusun , hanya dapat didirikan rumah gadang bergonjong dua, sedangkan di koto dan nagari, rumah gadang dapat di dirikan mulai dari gonjong empat atau lebih.
BERAWAL DARI MENYUSUN RENCANA
Rumah gadang adalah milik kaum. Maka rencana tersebut di mulai dengan melakukan musyawarah dan mufakat terlebih dahulu dengan pihak – pihak yang berkepentingan dan terlibat. Pada musyawarah tersebut, semua anggota pertama –tama membicarakan masalah pantas atau tidaknya rumah gadang tersebut didirikan. Pantas atau tidak didirikan tersebut di ukur dengan kaidah adat yang berlaku. semua itu di kaji dengan menggunakan alur adat dan alur pusaka.
Jika seandainya, rencana mendirikan rumah tersebut di setujui oleh semua pihak yang bersangkutan dan layak untuk didirikan, langkah selanjutnya adalah membicarakan ukuran, tempat, biaya dan kapan memulai mendirikan rumah gadang tersebut. lalu hasil dari musyawarah dan mufakat dari kaum yang ingin mendirikan rumah gadang tersebut dapat di sampaikan kepada penghulu suku.
Selanjutnya pangulu suku tersebut akan menyampaikan rencana dan hasil musyawarah tersebut kepada pangulu suku yang lainnya. Maksud dari penyampaian tersebut, agar masyarakat bisa membantu dan bergotong royong untuk mendirikan rumah gadang tersebut. Dalam musyawarah, orang – orang juga membicarakan siapa saja orang yang akan di panggil untuk ikut serta bergotong – royong.
MENCARI BAHAN BANGUNAN
Semua bahan bangunan, seperti kayu, ijuk untuk atap, bambu untuk dinding, biasaya di ambil dari tanah ulayat kaum. Proses mencari bahan bangunan untuk rumah gadang ini di lakukan secara bergotong – royong oleh masyarakat. Jadi, tidak hanya di lakukan oleh anggota kaum itu saja, tetapi juga dari orang – orang dari luar kaum tersebut.
Setelah berhasil mendapatkan semua bahan yang di perlukan, selanjutnya semua masyarakat secara bergotong – royong membawa bahan – bahan tersebut ke tempat rumah gadang itu akan didirikan. Proses pengangkutan bahan dari tempat mengambil bahan ke tempat rumah gadang akan didirikan ini sering di sebut dengan “maelo kayu”. Hal ini di lakukan dengan sangat meriah sekali, karena hampir semua masyarakat di sekitar dapat terlibat dalam mendirikan rumah gadang tersebut.
Setelah pengangkutan kayu dan bahan – bahan lainya selesai, terlebih dahulu bahan tersebut di awetkan, agar bisa tahan lama. Proses pengawetan bahan bangunan ini dahulunya memakan waktu yang lama, dan terkadang bisa sampai berbulan – bulan.
UPACARA MENDIRIKAN RUMAH GADANG
Setelah bahan – bahan bangunan lengkap dan siap untuk di gunakan, Tentunya hal ini di lakukan setelah bahan – bahan tersebut di awetkan, Maka baru proses mendirikan rumah gadang di lakukan. Kegiatan pertama adalah mendirikan tiang utama, dalam minangkabau di sebut dengan “ mancatak tiang tuo”. Tiang tuo artinya tiang utama. Pada masa dahulu, tiang utama ini di sirami dengan darah ternak yang telah di sembelih. Ternak tersebut seperti, sapi, kambing, atau ayam.
Setelah itu, pekerjaan selanjutnya di lakukan oleh yang ahli dalam mendirikan bangunan. Anggota yang lain, hanya membantu mengerjakan bagian – bagian yang lain, yang bisa di lakukan. Pemilihan pekerja ahli kayu ini juga di putuskan saat musyawarah rencana mendirikan rumah gadang. Pada masa dahulu, pemilihan tukang kayu yang ahli ini sangat penting. Katanya, tukang kayu yang ahli disebut dengan “tukag indak mambuang kayu”, artinya tukang kayu yang ahli adalah tukang kayu yang tidak membuang kayu denga sia – sia. Dalam ungkapan adat, sudah di jelaskan tentang masalah ini, ungkapan tersebut yaitu:
Nan kuaik ka jadi tunggak
Nan luruih ka jadi balabeh
Nan bungkuak ambiak ka bajak
Nan lantiak jadi bubuangan
Nan satampok ka papan tuai
Panarahan ka jadi kayu api
Abunyo ambiak ka pupuak
setelah pemotongan kayu selesai di lakukan oleh ahlinya, langkah selanjutnya adalah mendirikan semua tiang bangunan. Jika sebelumnya ahanya mendirikan tiang utama, sekarang semua tiang bangunan akan didirikan. Biasanya pada bagian ini, akan memakan waktu dan menghabiskan tenaga. Setelah selesai, kemudian masyarakat akan kembali mengadakan do’a bersama untuk keselamatan atas kegiatan mendirikan rumah gadang ini.
Selesai melakukan do’a bersama untuk keselamatan, masyarakat akan memulai membangun rumah gadang tersebut. kegiatan tersebut di lakukan secara bergotong – royong, agar pekerjaan dapat di selesaikan dengan cepat.
Setelah semua pekerjaan selesai, dan rumah gadang sudah siap di huni, terlebih dahulu di lakukan do’a bersama. Dalam kegiatan ini, pemilik rumah mengundang kerabat dekat, niniak mamak di nagari, serta masyarakat sekitar yang telah membantu untuk hadir dan ikut serta melakukan do’a bersama di atas rumah gadang. Do’a bersama tersebut di lakukan, agar penghuni rumah gadang dapat menempatinya dengan tentram dan damai. Dalam kegiatan ini pemilik rumah atau kaum juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan .
Begitulah kegiatan ringkas proses mendirikan rumah gadang di minangkabau. Perlu di garis bawahi juga, pada setiap nagari, dapat memiliki variasi upacara mendirikan rumah gadang yang berbeda – beda. Selain itu tiap nagari juga terdapat acara khusus yang tidak di jelaskan dalam artikel ini. Namun, secara umum begitulah proses mendirikan rumah gadang pada masa dahulunya.