Keindahan gerak tari tradisional terletak pada keserasian dan keselarasan. Keserasian gerak tangan dengan langkah kaki, lentik jari dengan sorotan mata mengandung keindahan. Keserasian antara irama musik dengan gerakan yang dilakukan penari juga menimbulkan keindahan. Musik dengan irama atau tempo cepat, diikuti oleh gerakan yang cepat pula, begitu pula jika musik menggunakan tempo lambar, gerakan penarinya juga bertempo lambat. Keserasian dan keharmonisan antar gerakan, antara musik dengan gerakan, merupakan keindahan dalam tari tradisional.
Keserasian gerak dengan pakaian juga menciptakan keindahan. Biasanya penari memakai pakaian berwarna hitam yang bergaya Minangkabau. Selain itu, juga memakai pakaian yang berwarna merah-merah. Gerakan-gerakan dinamis dengan warna pakaian yang seperti itu merupakan keindahan pula dalam tari tradisional.
Jadi keindahan gerak tari terlihat pada keserasian gerak anggota tubuh penari, keserasian gerak dengan musik pengiring, keserasian gerak dengan konstum atau pakaian penari adalah dasar keindahan dalam gerak tari tersebut.
Orang Minangkabau memakai falsafah alam. Oleh karena itu dalam setiap kehidupan mereka menggunakan alam sebagai pedoman. Hal itu juga terjadi dalam gerakan tari tradisionalnya. Gerakan-gerakan dalam tari meniru dari alam. Tiruan bisa dilakukan dari gerak alam itu sendiri, gerakan hewan, gerakan gelombang laut dan sebagainya. Jadi keaslian gerak tari tradisional Minangkabau terlihat karena gerakan itu bersumber dari alam atau lingkungannya.
Amran, Rusli. 1981. Sumatera Barat Hingga Plakat Panjang. Jakarta: Sinar Harapan.
Junus, Umar. 1984. Kaba dan Sistem Sosial Minangkabau, Suatu Problema Sosiologi Sastra. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Mahmud, St. dkk 1978. Himpunan Tambo Minangkabau dan Bukti Sejarah. Limo Kaum: Tanpa Penerbit.
Navis, A.A 1986. Alam Terkembang Jadi Guru, Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta: Pt Pustaka Garafitipers.
Penghulu, M. Rasyid Manggis Dt. Rajo. 1982. Sejarah Ringkas Minangkabau dan Adatnya. Jakarta Mutiara.
Thaib, Darwis, glr. Dt. Sidi Bandoro. 1965. Seluk Beluk Adat Minangkabau. Bukittinggi: NV Nusantara.
Zulkarnaini. 1994. Modul Mata Pelajaran Muatan Lokal SLTP Terbuka. Jakarta: Depdikbud, Proyek Peningkatan Mutu dan Pelaksanaan Wajib Belajar SLTP.
Ramayulis, dkk. Buku Mata Pelajaran Muatan Lokal tentang Sejarah Kebudayaan Minangkabau pada SD, SLTP, SLTA di Sumatera Barat. Padang: Tanpa Tahun, Tanpa Penerbit.
Penghulu, H. Idrus Hakimy Dt. Rajo. 1984. Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak di Minangkabau. Bandung: Remaja Karya CV.
Syarifuddin, Amir. 1984. Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam Lingkungan Adat Minangkabau. Jakarta: Gunung Agung.
Tuah, H.Datoek, tt. Tambo Alam Minangkabau. Bukittinggi: Pustaka Indonesia.
Keserasian gerak dengan pakaian juga menciptakan keindahan. Biasanya penari memakai pakaian berwarna hitam yang bergaya Minangkabau. Selain itu, juga memakai pakaian yang berwarna merah-merah. Gerakan-gerakan dinamis dengan warna pakaian yang seperti itu merupakan keindahan pula dalam tari tradisional.
Jadi keindahan gerak tari terlihat pada keserasian gerak anggota tubuh penari, keserasian gerak dengan musik pengiring, keserasian gerak dengan konstum atau pakaian penari adalah dasar keindahan dalam gerak tari tersebut.
Orang Minangkabau memakai falsafah alam. Oleh karena itu dalam setiap kehidupan mereka menggunakan alam sebagai pedoman. Hal itu juga terjadi dalam gerakan tari tradisionalnya. Gerakan-gerakan dalam tari meniru dari alam. Tiruan bisa dilakukan dari gerak alam itu sendiri, gerakan hewan, gerakan gelombang laut dan sebagainya. Jadi keaslian gerak tari tradisional Minangkabau terlihat karena gerakan itu bersumber dari alam atau lingkungannya.
Sumber Referensi:
Amran, Rusli. 1981. Sumatera Barat Hingga Plakat Panjang. Jakarta: Sinar Harapan.
Junus, Umar. 1984. Kaba dan Sistem Sosial Minangkabau, Suatu Problema Sosiologi Sastra. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Mahmud, St. dkk 1978. Himpunan Tambo Minangkabau dan Bukti Sejarah. Limo Kaum: Tanpa Penerbit.
Navis, A.A 1986. Alam Terkembang Jadi Guru, Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta: Pt Pustaka Garafitipers.
Penghulu, M. Rasyid Manggis Dt. Rajo. 1982. Sejarah Ringkas Minangkabau dan Adatnya. Jakarta Mutiara.
Thaib, Darwis, glr. Dt. Sidi Bandoro. 1965. Seluk Beluk Adat Minangkabau. Bukittinggi: NV Nusantara.
Zulkarnaini. 1994. Modul Mata Pelajaran Muatan Lokal SLTP Terbuka. Jakarta: Depdikbud, Proyek Peningkatan Mutu dan Pelaksanaan Wajib Belajar SLTP.
Ramayulis, dkk. Buku Mata Pelajaran Muatan Lokal tentang Sejarah Kebudayaan Minangkabau pada SD, SLTP, SLTA di Sumatera Barat. Padang: Tanpa Tahun, Tanpa Penerbit.
Penghulu, H. Idrus Hakimy Dt. Rajo. 1984. Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak di Minangkabau. Bandung: Remaja Karya CV.
Syarifuddin, Amir. 1984. Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam Lingkungan Adat Minangkabau. Jakarta: Gunung Agung.
Tuah, H.Datoek, tt. Tambo Alam Minangkabau. Bukittinggi: Pustaka Indonesia.